Lihat ke Halaman Asli

rahmaharumoktaviana

MAHASISWA PWK 19 UNIVERSITAS JEMBER

Peminat Obligasi Saat Rupiah Merosot Tahun 2020

Diperbarui: 20 April 2020   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masyarakat modern dalam pengembangan perekonomian individual mereka mulai melirik ranah investasi. Investasi dijadikan media pengembang finance mereka secara mudah namun sulit. Maksudnya bagaimana? Nah dalam kegiatan investasi terdapat banyak hal yang harus diperkirakan utamanya yaitu profit dan resiko. Profit dan resiko dalam investasi ditentukan oleh harga awal pembelian investasi dan harga jualnya. Apabila harga beli lebih rendah dari harga jualnya maka tidak ada profit yang didapatkan. 

Dalam dunia investasi bagi investor pemula lebih memilih berinvestasi dalam bentuk obligasi pemerintah. Hal ini dikarenakan resiko yang dimiliki oleh obligasi adalah yang paling rendah dari semua investasi meskipun profit yang didapatkan tidak banyak, biasanya 6%. Hal ini terjadi karena obligasi pemerintah tingkat resikonya sangat rendah bahkan menyentuh angka tak beresiko sebab dana pokok yang dipinjamkan oleh investor akan dikembalikan sesuai aslinya, hanya perbedaannya pada kupon atau bunganya. 

Namun obligasi ini tidak bisa dilakukan sembarangan karena harganya tergantung oleh nilai suku bunga. Secara teoritis apabila nilau uang (suku bunga) turun maka harga obligasi akan naik, sedangkan saat nilai uang (suku bunga naik) harga obligasi akan turun. 

Sulitnya dalam mengikutin investasi pada ranah obligasi adalag bagaimana investor dituntut jeli akan proyeksi kondisi pasar di beberapa tahun kedepan sebagai penentu naik turunnya nilai uang sehingga dapat diketahui jangka waktu yang tepat untuk mengikuti investasi di obligasi. Lantas bagaimana kondisi peminat pemula obligasi jika kondisi nilai uang turun seperti kondisi rupiah tahun 2020 ini? 

Investor pemula akan mempertimbangkan baik-baik dalam mengikuti obligasi saat suku bunga turun. Saat suku bunga turun,yield (kupon yang akan dikembalikan bersama uang pokok) yang ditawarkan akan mengalami penurunan juga. Sedangkan harga obligasi menjadi naik. Pada umumnya obligasi akan meningkat apabila suku bunga turun, dan pasar akan sangat ramai dengan investasi. Akan tetapi hal tersebut tidak terjadi di Indonesia. 

Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan bahwa penurunan suku bunga oleh BI memang akan membuat penguatan dalam obligasi, akan tetapi hal tersebut bersifat sementara. Demikian pula di pasar obligasi RI, yield (imbal hasil) surat untang negara untuk tenor 10 tahun berada pada kisaran 8,142% naik 4,3 bps (basis poin), tertinggi sejak Januari 2019. Ini menunjukkan harga obligasi RI sedang berada dalam tekanan.

Kondisi perekonomian tahun 2020 ini membuat nilai rupiah anjlok secara signifikan yang disebabkan oleh pandemic covid -19 yang belum terprediksi waktu selesainya. Hal ini membuat para investor dilema untuk melakukan investasi sehingga memutuskan untuk menjaga likuiditas nya dalam jangka waktu pendek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline