Bekasi - Pada era modern seperti sekarang ini, berpacaran pada usia remaja merupakan hal yang cukup biasa. Biasanya hal ini terjadi disaat anak-anak menginjak usia remaja atau pada masa pubertas, sekitar umur 13 tahun. Mereka beranggapan bahwa “berpacaran” atau “memiliki pasangan” akan membuat hari-hari terasa lebih indah dan menyenangkan, lebih berwarna, dan lebih bahagia.
Faktanya, remaja mengalami stress karena “cinta” atau “pacaran” itu sendiri. Hal ini diakibatkan oleh emosi labil yang dimiliki oleh anak usia remaja. Tak hanya emosi yang masih labil, ada beberapa faktor yang menyebabkan ganguan strees tersebut, yaitu;
1.Ketidak sesuai harapan, atau terlalu menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap pasangan.
2.Hubungan yang toxic
3.Merasa dihakimi, dibanding-bandingkan oleh orang lain.
Sebuah studi di Journal of School Health menunjukkan bahwa remaja yang berpacaran lebih rentan stres dibandingkan remaja yang tidak berpacaran. Studi tersebut juga mengatakan bahwa remaja yang tidak pacaran memiliki kesehatan mental, keterampilan sosial, dan kepemimpinan yang lebih baik, dikutip dari artikel CNN.
Tak hanya itu, pacaran pada usia remaja memiliki dampak negatif yang sangat berpengaruh, yaitu;
1.Kurangnya me time
Ini sangat berpengaruh pada kehidupan remaja. Terlalu terpaku oleh pasangan membuat remaja yang harusnya menjalani dan melakukan aktivitas yang menyenangkan diluar menjadi sedikit terganggu akibat pasangan yang terlalu mengekang, atau terlalu protektif.
2.Produktivitas menjadi menurun
Seperti pada poin pertama, terlalu terpaku atau memikirkan pasangan membuat pikiran jadi terlena dan suka melewatkan hal-hal yang penting bahkan menjadi kurang produktif dalam kegiatan yang akan dilakukan atau kegiatan yang biasa dilakukan.