Saya awali tulisan ini dengan definisi iman secara terminologi yakni:
Thasdiqun bil qolbi wa iqroru bil lisan (percaya dengan hati dan ikrar dengan lisan).
Sore ini aku mendapat panggilan video call dari salah satu junior kampus ketika kuliah dulu, Sekarang dia sedang menempuh pendidikan S2. Lama tidak ada kabar, sebab kesibukan kita yang telah berbeda membuat durasi percakapan hampir dua jam lamanya.
Sebenarnya durasi obrolan kita sudah melebihi batas kewajaran manusia dalam berkomunikasi melalui media virtual. Mengingat kita berdua bukanlah dua pasangan sejoli yang tengah dimabuk asmara lantaran perasaan berbunga-bunga.
Jelang beberapa menit setelah masing-masing usai menanyakan kabar, aktivitas, dan obrolan receh lainnya. aku berniat menyudahi video call itu, namun ada peristiwa unik dari adikku ini dimana awal mula cerita ini dimulai.
Dari balik layar handphone, dia menunjukkan kitab berukuran agak besar dan tebal kearah wajahku. Bang, aku baru saja selesai membaca separuh kitab ini. Tegasnya kepadaku, sambil memperbaiki posisi handphone miliknya dia dibilang jangan ditutup dulu lah, aku menemukan hal baru dari kitab ini yang mungkin abang belum tau.
Sedikit aku mulai menyadari, bahwa dia ingin mengajakku berdiskusi tentang pengetahuan yang baru saja didapatnya melalui kitab tadi. Akupun menawarkan diri jika memang benar demikian. Kalau mau berdiskusi mending kita meet up saja. Ntar aku traktir kopi dan rokoknya.
PSBB bang.. PSBB jawabnya.
Begini bang. dalam kitab ini dikisahkan, bahwa ada pemuda kurang baik tabiatnya (semasa hidup) lalu dianulir siksanya oleh malaikat Munkar dan nakir didalam alam kubur dan rahasianya adalah karna pemuda tadi hafal surat Al-Mulk hingga ahir hayatnya. Dikisahkan surat Al-Mulk ini menjelma menjadi sosok mahluk yang gagah berani menghadapi malaikat munkar sewaktu ingin memukul sipemuda. lalu terjadilah perdebatan diantara keduanya.
Sebentar, aku beli kopi dan rokok dulu. Kataku kepadanya, beberapa menit kemudian akupun kembali menghadap kamera handphone. Wajar saja, depan kost aku tinggal ada warung penjual kopi lengkap dengan beberapa rokok. Lantas bagaimana nasib pemuda itu? Tanyaku
Nyalakan dulu lah rokoknya, kopinya juga jangan lupa disruput. Ini aku juga baru selesai pesan kopi didepan. Tegasnya kepadaku.