Deeeert...
Deeeert...
Getar android milik Ryan, Nampaknya nomor itu tak asing dalam memori ingatan. Orang-orang terdekatnya pasti paham betul jika Ryan memiliki daya ingat sangat tajam.
Panggilan masuk berahir begitu saja, sengaja Ryan membiarkannya. Bukan tanpa alasan, nalurinya berkata ini bukan sesuatu baik yang ingin ia dengar.
Panggilan masuk berdering untuk yang kedua kalinya. Dan memang benar naluri Ryan tepat sasaran kalau dia harus berangkat untuk kesekian kalinya kepulau seberang membantu menyalurkan bantuan sosial kepada msyarakat kurang mampu disana.
"Assalamualaikum mas Ryan, bagaimana kabarmu?" sapa Andra si penelpon.
"alhamdulillah bung, masih diberi sehat. Tumben nelpon? Biasanya ada sesuatu penting kalau tiba-tiba begini." Tanya Ryan. Sebenarnya dia tahu betul jika Adra yang menelpon tak ada urusan lain selain gerakan sosial bagi masyarakat grass root. Hanya saja Ryan basa-basi sebelum Andra mengutarakan maksud dan tujuannya.
"hihihi, aku langsung to the point aja kali ya" jawab Andra
"apa?" tanya Ryan dengan tenang
"Ibu Pertiwi memanggilmu kembali untuk membantu orang-orang kurang mampu dipulau sebrang sana Ryan. Aku sudah menghubungi beberapa orang-orang terbaik kita, namun banyak dari mereka menolak dengan berbagai macam alasan."
Ryan tersenyum kecil, bangga bisa kembali melihat senyum-senyum kebahagian dari masyarakat kecil yang sangat terbantu keadaannya dengan gerakan sosial itu, Sedih harus kembali menjalani keadaan dimana antrian panjang yang nyaris tidak ada jarak.