Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Romadlon

MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Skenario Mariyani

Diperbarui: 19 Januari 2025   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Dokumen Penulis

Mariyani kecil tumbuh di panti asuhan. Sejak usia balita, ia sudah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan tragis. Meski demikian, ia selalu berusaha melihat dunia dengan senyum, menyembunyikan kesepian yang menjerat hatinya. Para penghuni panti asuhan bukan hanya teman bermain, melainkan keluarga yang memberikan rasa aman dan kebersamaan. Meski hidup tanpa ayah dan ibu, Mariyani tahu bahwa ia bukanlah seorang diri.

Namun, meskipun dunia sekitar penuh dengan kasih sayang, ada sesuatu yang selalu terasa hilang dalam hidupnya: cinta. Sejak ia bisa memahami arti cinta, ia sering bertanya-tanya tentang bagaimana rasanya dicintai sepenuh hati. Kehilangan orang tuanya membuatnya merasa bahwa ia tak pernah benar-benar mengalami kasih sayang orang tua yang penuh. Ia hanya bisa memendam rasa ingin tahu itu dalam setiap bisikan malam.

Semuanya berubah ketika Ardi masuk ke dalam hidupnya. Ardi adalah pemuda yang tampan, perhatian, dan penuh dengan kata-kata manis yang membuat hati Mariyani berdebar. Mereka bertemu di sebuah acara amal yang diselenggarakan oleh panti asuhan. Ardi, yang baru saja menyelesaikan kuliahnya, adalah sukarelawan yang datang untuk membantu anak-anak di panti. Awalnya hanya sekadar teman, namun lama-kelamaan, perasaan itu tumbuh menjadi sesuatu yang lebih.

Ardi selalu membuat Mariyani merasa istimewa. Setiap percakapan mereka penuh dengan tawa, setiap pertemuan menjadi momen yang tak terlupakan. Ardi membuatnya merasa bahwa hidup ini bisa lebih indah. Dia menyadari, mungkin inilah yang disebut cinta---sesuatu yang membuat hati seseorang merasa hangat dan penuh harapan.

Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Suatu sore yang kelabu, Mariyani menunggu Ardi di taman dekat panti asuhan. Ia sudah menyiapkan kejutan kecil untuk Ardi, berharap dapat membuat hari itu lebih spesial. Tetapi, Ardi tak kunjung datang. Pesan-pesan yang ia kirimkan hanya terbaca, tanpa balasan. Kekecewaan mulai merayapi hati Mariyani.

Hari berganti hari, dan Ardi semakin menjauh. Mariyani mencoba bertanya, tetapi hanya mendapat jawaban samar. Hingga suatu hari, sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. "Mariyani, maafkan aku. Aku sudah tidak bisa melanjutkan ini. Ada orang lain." Pesan itu menggetarkan seluruh tubuh Mariyani. Hatinya terjatuh, terbanting dalam kesakitan yang begitu mendalam. Perasaan yang sudah ia bangun dengan begitu hati-hati runtuh begitu saja.

Mariyani merasa dunia seakan berhenti berputar. Semua harapan yang ia bangun bersama Ardi kini menjadi debu. Rasa sakit yang begitu tajam menyerang setiap bagian dirinya. Ia merasa terkhianati oleh orang yang ia percayai. Namun, dalam kedalaman kesedihannya, Mariyani juga merasakan sesuatu yang lain---suatu dorongan untuk tidak membiarkan dirinya terpuruk lebih lama.

Ia duduk di kamarnya, memandang langit yang kelabu. Perlahan, ia mulai merenung. Apa yang ingin aku lakukan dengan hidupku? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul. Mungkin Ardi telah pergi, mungkin dia telah memilih jalan lain, tetapi hidup Mariyani tidak bisa berhenti hanya karena seseorang mengecewakannya. Ia sadar bahwa selama ini ia terlalu banyak mengandalkan orang lain untuk merasa lengkap, untuk merasa dicintai. Tetapi kenyataannya, cinta itu harus datang dari dalam dirinya sendiri.

Malam itu, ia memutuskan untuk berubah. Mariyani tidak akan lagi menjadi gadis yang menunggu kasih sayang dari orang lain. Ia akan memperbaiki dirinya, menambah nilai pada dirinya sendiri, dan memulai perjalanan baru. Ia akan membuktikan bahwa ia bisa lebih dari sekadar gadis yatim yang terluka oleh cinta yang hilang.

Hari-hari berikutnya, Mariyani mulai berfokus pada impian yang selama ini selalu terpendam. Ia memutuskan untuk membuka usaha yang bisa memberdayakan perempuan-perempuan di sekitarnya. Berawal dari pengalaman hidupnya, ia ingin memberikan kesempatan kepada perempuan yang membutuhkan untuk belajar keterampilan baru dan membangun kehidupan yang lebih baik. Ia ingin menciptakan sebuah wadah di mana perempuan bisa saling menguatkan, belajar berdikari, dan meraih impian mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline