Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Irawan

Mahasiswa

Rupiah Terus Menurun Hingga Menyentuh Rp. 16.000 Per Dollar AS, Apa Dampak yang akan Terjadi?

Diperbarui: 25 April 2024   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Seperti yang kita tahu, saat ini nilai rupiah melemah hingga menyentuh di harga 16.000 kenapa bisa melemah seperti sekarang ini? Dan apa dampak yang ditimbulkan dari nilai rupiah yang melemah? Baca penjelasannya dibawah ini.

Nilai rupiah adalah nilai tukar mata uang Indonesia, yaitu rupiah (IDR). Nilai rupiah menggambarkan jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan satu unit mata uang rupiah. Nilai rupiah dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kondisi ekonomi domestik dan global, kebijakan moneter dan fiskal, serta sentimen pasar. Dalam konteks ekonomi, nilai rupiah sering dinyatakan dalam perbandingan dengan mata uang asing, terutama dolar AS (USD), karena dolar AS adalah mata uang yang paling umum digunakan dalam perdagangan internasional dan pasar valuta asing.

Perhatian tertuju pada nilai tukar Rupiah yang terus melemah terhadap USD. Sepanjang bulan Maret, IDR terkoreksi -0,71%YTD terhadap USD, dan sejak awal tahun 2024, IDR juga melemah sebesar 3,4% ke level 15.800. Namun, pelemahan yang dialami Rupiah terhitung masih lebih baik dibandingkan dengan Ringgit Malaysia, Won Korea, dan Baht Thailand yang melemah sebesar 3,02%, 3,87%, dan 5,39% sepanjang Maret 2024.

Salah satu faktor yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai harga 16.000 adalah kenaikan Suku Bunga AS. Kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS dapat menyebabkan aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia ke AS untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi. Hal ini dapat melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Berikut adalah beberapa dampak yang akan terjadi jika nilai rupiah melemah:

1. Harga barang Impor: Indonesia mengimpor banyak barang, termasuk barang-barang konsumsi dan bahan baku untuk industri. Pelemahan nilai rupiah membuat biaya impor menjadi lebih mahal, yang dapat mengakibatkan peningkatan biaya produksi bagi perusahaan dan harga jual bagi konsumen.

2. Inflasi: Pelemahan nilai tukar rupiah dapat menyebabkan inflasi karena harga barang impor menjadi lebih mahal dalam mata uang domestik. Ini dapat mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat mengurangi daya beli masyarakat.

Kondisi ekonomi Indonesia masih terbilang sangat solid dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Kekuatan Rupiah ditopang oleh berbagai kebijakan moneter BI yang tetap akomodatif. BI juga menjalankan beragam strategi yang bersifat pro-market dengan menerbitkan beberapa instrumen, yaitu:

1. SRBI (Sekuritas Republik Bank Indonesia), SRBI ini diterbitkan untuk mengelola likuiditas pasar uang dan mengendalikan inflasi.

2. SVBI (Sekuritas Valas Bank Indonesia), SVBI ini digunakan untuk mengelola cadangan devisa negara dan likuiditas pasar valuta asing.

3. SUVBI (Sukuk Valas Bank Indonesia), SUVBI diterbitkan untuk mendukung kebijakan moneter dan likuiditas dalam mata uang asing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline