Lihat ke Halaman Asli

Rahmadianty Gazadinda

Universitas Negeri Jakarta

Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Indonesia

Diperbarui: 15 Oktober 2019   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah individu yang yang berusia 12 sampai 24 tahun, belum menikah dan hidup masih bergantung orang tua. Saat individu memasuki usia remaja, mereka sedang berada pada fase perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Menurut Papalia & Feldman (2010), individu mengalami banyak perubahan fisik (biologis), mental (psikologis), dan kehidupan sosial pada saat memasuki masa remaja. 

Perubahan paling signifikan yang terjadi pada remaja adalah perubahan fisik. Baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan memiliki pengalaman perubahan fisik yang sangat mencolok. Perubahan fisik tersebut adalah bagian fase pubertas yang dialami remaja.

Pada remaja perempuan, individu mulai mengalami pertumbuhan di beberapa bagian tubuhnya secara signifikan, yaitu pertumbuhan payudara dan pinggul. Sedangkan pada remaja laki-laki, pembesaran ukuran alat kelamin (penis) dan pertumbuhan jakun terjadi di sepanjang fase pubertas tersebut. Singkatnya, beberapa organ reproduksi mulai berkembang dan berfungsi secara aktif pada remaja sejak memasuki fase pubertas. 

Berkembangnya organ reproduksi pada remaja seringkali memberikan tantangan tersendiri, tidak hanya untuk remaja, melainkan juga untuk orang tua dan kerabat terdekat remaja. Seringkali masyarakat di Indonesia merasa bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi itu terlalu tabu untuk dibahas secara terbuka.

Pemikiran yang mungkin terlanjur menyebar di pemikiran masyarakat berpusat pada organ reproduksi adalah sesuatu hal yang sakral, bersifat privasi dan rahasia bagi si empunya. Sayangnya, jika si empu organ reproduksinya sendiri tidak memiliki pengetahuan mengenai organ tersebut dan cara menjaganya, justru hal sakral tersebut berakhir pada jurang masalah baru. 

Beberapa bulan terakhir ini, isu kesehatan reproduksi pada remaja semakin berkembang dan diperhatikan oleh masyarakat umum, terutama sejak hadirnya film layar lebar yang mengangkat topik ini.

Salah satu film yang sempat lama tayang di bioskop Indonesia seolah memaparkan fakta bahwa seringkali para remaja ini tidak memahami sendiri bagaimana risiko jika tidak menjaga dan melindungi organ reproduksinya sendiri sejak dini. Selain itu, film ini juga membuka tabir bahwa pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja ini masih sangat minim. Bahkan, seringkali para remaja justru sibuk mencari tahu sendiri mengenai organ reproduksi tanpa arahan yang tepat dari orang dewasa.  

Perlu dipahami bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bukanlah pengetahuan untuk berhubungan seks bebas. Topik ini memang seolah lekat dengan isu seks bebas. Namun, informasi mengenai kesehatan reproduksi sebenarnya dimaksudkan agar remaja mengetahui organ reproduksi yang dia miliki dan apa tanggung jawab yang ia pikul saat organ tersebut mulai berkembang secara aktif.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi justru bisa menjadi pelindung awal yang dapat menghindari remaja untuk melakukan aktivitas seksual di usia remaja. Remaja perlu mengetahui bahwa melakukan aktivitas seksual di usia dini, disaat organ reproduksi belum berkembang secara sempurna, sejatinya akan meningkatkan risiko kesehatan fisik dan mental dirinya sendiri. Belum lagi risiko yang harus dihadapi seandainya remaja tidak menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksinya.

Pengetahuan sejak dini mengenai organ reproduksi yang dimiliki oleh dirinya maupun yang dimiliki oleh lawan jenisnya selayaknya perlu dimiliki agar baik laki-laki dan perempuan dapat "aware" dengan risiko kesehatan yang dimiliki kedua belah pihak.

Prinsip ini menjadi dasar bagi para pengajar di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta untuk mengambil peran memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi pada remaja. Dari kacamata psikologi, isu kesehatan reproduksi sangat lekat dengan isu kesehatan mental. Remaja yang tidak menjaga kesehatan reproduksinya dengan baik dapat mengalami masalah kesehatan fisik yang serius, baik seperti hamil tanpa perancanaan yang baik, terkena penyakit menular seksual atau masalah seksual lainnya. Remaja yang tidak menjaga kesehatan reproduksi nya dengan baik akan memiliki risiko yang tinggi mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi, stress berlebihan, hingga menyebabkan self-harm atau bunuh diri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline