Lihat ke Halaman Asli

Perkembangan Anak Menurut Teori Kognitif Piaget

Diperbarui: 7 Oktober 2023   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diketahui bahwa salah satu ranah perkembangan yang menjadi fokus perhatian dalam pendidikan adalah ranah kognitif. Istilah "kognitif" berasal dari kata "persepsi", yang berhubungan dengan kata "pengetahuan". Perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan fisik, yaitu perkembangan kemampuan otak dan saraf. Hal ini juga berkaitan dengan perkembangan bahasa, emosi dan perkembangan moral. Perkembangan kemampuan kognitif dalam belajar mempunyai implikasi yang sangat luas karena berkaitan erat dengan kemampuan individu dalam mencari, menyerap dan menggunakan informasi sebagai bagian dari proses pembelajaran.

Piaget menjelaskan bahwa sejak usia lima tahun, manusia memperoleh kemampuan khusus untuk mengolah benda-benda di sekitarnya. Kemampuan tersebut masih sangat sederhana dan berbentuk kemampuan kinestetik. Untuk secara aktif memahami dunianya, anak-anak menggunakan skema, asimilasi, adaptasi, pengorganisasian, dan keseimbangan. Kemampuan ini memungkinkan anak kecil untuk mengeksplorasi lingkungannya, menggunakannya sebagai dasar pengetahuan tentang dunia, dan kemudian memperoleh dan mengubah pengetahuan tersebut menjadi keterampilan yang lebih maju dan kompleks. Piaget menyebut kemampuan ini sebagai skema. Berdasarkan pengamatannya, Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahap. Setiap fase bergantung pada usia dan terdiri dari pola pikir yang berbeda. 

Menurut Piaget, lebih banyak informasi tidak serta merta membuat pikiran anak lebih maju, kualitas kemajuannya berbeda-beda. Karena sistem pendidikan saat ini lebih menekankan pada kemampuan kognitif anak, maka teori kognitif Piaget patut diterapkan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui perkembangan kognitif anak usia 11 tahun ditinjau dari aspek teori belajar kognitif Piaget dan tahapan operasional tertentu yaitu kategorisasi, kategorisasi, penalaran, pemahaman, pemeliharaan, dan penghapusan egosentrisme. Teori perkembangan kognitif Piaget mengemukakan bahwa semua makhluk hidup dilahirkan dengan dua kecenderungan dasar: a) kecenderungan beradaptasi, b) kecenderungan untuk berorganisasi. Tujuan dari teori perkembangan kognitif Piaget adalah untuk meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana pikiran berkembang dan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.

Teori Piaget sering disebut sebagai epistemologi genetik karena genetika mengacu pada pertumbuhan perkembangan daripada pewarisan biologis (keturunan), dan teori ini berupaya melacak perkembangan kemampuan intelektual. Perkembangan operasi (perilaku yang terinternalisasi) membekali anak dengan cara-cara kompleks dalam menghadapi lingkungan, sehingga memungkinkan anak melakukan tindakan intelektual yang lebih kompleks. Hal ini dikarenakan struktur kognitif anak lebih berkembang. Begitu pula dengan lingkungan fisik anak, dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak mengkonstruksi lingkungan fisik tersebut. Tahapan perkembangan kognitif meliputi tahap sensori motorik (usia 0-2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), tahap operasional konkrit (usia7-11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11-15 tahun). 

Piaget percaya bahwa kita melalui keempat tahap tersebut, namun dengan kecepatan yang berbeda, jadi mungkin saja seorang anak yang berusia 6 tahun berada pada tingkat operasional konkrit, dan sedangkan anak yang berusia 8 tahun masih ada pada tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. 

Pertama, tahap Sensori motorik yaitu mulai dari lahir hingga berusia dua tahun, bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera mereka yang sedang berkembang dan melalui aktivitas motor. Artinya anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat drianya dan pergerakannya. 

Kedua, tahap pra-operasional yaitu aktivitas berfikir anak belum mempunyai sistem yang teroganisasikan. Namun anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda --tanda dan simbol. 

Ketiga, tahap operasional konkrit yaitu disini anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dan juga anak telah hilang kecenderungan terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya berkurang dan kemampuannya dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. 

Keempat, tahap operasional formal yaitu anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak dan anak mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu disebut operasional formal. Upaya optimalisasi perkembangan kognitif anak sangat dipengaruhi oleh kematangan fisiologis anak. 

Setelah saraf dan otot tangan, kaki, dan kepala berkembang optimal, anak mulai secara sadar mengoordinasikan gerakannya. Artinya setiap kemampuan anak harus dibarengi dengan pematangan fisiologis agar perkembangan kognitif berlangsung lebih baik dan harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline