Dapat diketahui bahwa manusia di bumi ini dengan mengamati orang lain, manusia dapat memperoleh pengetahuan, aturan, keterampilan, strategi, keyakinan, dan sikap. Dengan fenomena tersebut kita mengetahui bahwa manusia sangat berhubungan dengan lingkungan sosialnya dalam proses belajarnya. Dari sini kita akan membahas lebih dalam mengenai teori kognitif sosial. Kognitif sendiri merupakan seluruh kegiatan mental yang membuat suatu individu bisa menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sebagai akibatnya individu tadi mendapatkan pengetahuan setelahnya. Sedangkan sosial merupakan segala sesuatu mengenai atau yang berhubungan dengan masyarakat dan kemasyarakatan.
Terdapat salah satu seorang psikolog yaitu Albert Bandura dilahirkan ke dunia pada 4 Desember 1925 di Mundare, Alberta selatan, Kanada. Teori kognitif sosial atau berpikir sosial memeliki definisi yaitu sebuah teori yg mengutamakan ide pokok pemikiran yg menganggap lingkungan ialah salah satu faktor yg mempunyai dampak akbar pada pembelajran manusia, lantaran kegiatan belajar yg dilakukan sang manusia selalu terjadi di lingkungan sekitar. Melakukan observasi atau pengamatan pada prilaku suatu individu lain, seseorang akbar kemungkinan mampu menerima poly ilmu pengetahuan, skill (keterampilan), metode pada mengerjakan suatu hal, ilmu spiritiual agama, sertasikap baik yang mampu ditiru. Orang-orang juga melihat model & panduan untuk menguji kegunaan & kelayakan perilaku lantaran perilaku yang ditunjukkan, & kemudian bertindak seperti yang ditunjukkan sang keyakinan mereka mengenai kapasitas mereka & output normal berdasarkan cara mereka berperilaku. Bahwasannya faktor lingkungan dipengaruhi cara berperilaku,cara berperilaku di pengaruhi lingkungan, faktor kognitif seseorang mempengaruhi tingkah laku atau perbuatan. Dan dalam proses kausal dua arah, lingkungan sama dapat dipengaruhinya dengan perilaku yang dikendalikannya. Teori kognitif sosial Albert Bandura secara observasional bisa sebagai galat satiu cara buat belajar, melalui proses pemodelan, seseorang memperoleh konduite baru. Ini dimungkinkan berkat keterampilan berpikir. Stimulus berupa model konduite ditransformasikan ke pada simbol lisan yang bisa diingat pada masa yang akan datang. Kemampuan berpikir simbolik ini memungkinkan seseorang buat mengubah apa yang telah dipelajarinya, atau menggabungkan apa yang telah diamatinya pada situasi yang berbeda, sebagai pola konduite baru.
Adapun pembelajaran sosial yang juga disebut dengan pembelajaran observasional. Pembelajaran observasi identik dengan pembelajaran imitasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku, yaitu meniru tingkah laku seseorang, dan tingkah laku orang yang ditiru itu adalah suatu pola. Seperti yang ditunjukkan oleh Bandura dalam buku Hergenhahn dan Olson, bahwa pembelajaran observasional tersebut dapat memanfaatkan peniruan identitas.
Penerapan praktis pembelajaran observasional mengatakan bahwa pemodelan ini memiliki dampak pada pengamat. Reaksi baru mungkin muncul waktu Anda melihat bahwa model manusia diperkuat setelah tindakan tertentu diambil. Oleh karena itu, penerimaan (mengambil informasi berdasarkan pengamatan) adalah masalah perilaku, pemberdayaan tak langsung. Jawabannya mungkin saja tidak terlihat waktu anda melihat bahwa model tersebut dihukum untuk jawaban ini. Mengamati orang melakukan kegiatan yg bisa mencelakai tapi tak terluka dapat mengurangi rasa takut penonton untuk melakukan aktivitas tersebut. Model juga dapat memperoleh umpan balik berdasarkan pengamat yg telah belajar dan belum dialihkan berdasarkan tanggapan itu. Dalam hal ini, model meningkatkan kemungkinan bahwa pengamat akan menghasilkan respons yg sama.
Selanjutnya kita perlu membahas tentang pendekatan perilaku kognitif. Model Kognitif Tingkah Laku berhubung dengan kebimbangan sosial, model ini memberikan satu gambaran yang jelas tentang kebimbangan sosial yang merangkumi etimologinya dan juga pengekalan kebimbangan sosial. Mengikut model ini, individu yang mengalami kebimbangan sosial mungkin dibesarkan oleh ibu bapa yang terlalu melindungi atau terlalu mengatur. Dan ketika individu yang mengalami kebimbangan sosial akan mempunyai dorongan yang kuat untuk mempamerkan impresi yang diterima orang lain tetapi dalam masa yang sama ragu-ragu dan tidak yakin akan keupayaan dirinya untuk memberikan impresi tersebut. Hasilnya individu yang mempunyai kebimbangan sosial percaya bahawa kebanyakan situasi adalah berbahaya disebabkan oleh adanya potensi penilaian negatif. Penilaian negatif ini akan memberikan kesan yang menyakitkan seperti perasaan malu hingga hilang harga diri. Model Kognitif Tingkah laku sangatlah berhubungan dengan masalah kebimbangan sosial yang memberikan penekanan kepada kepercayaan yang tidak berfungsi (dysfunctional believing). Keadaan tersebut berkaitan dengan penampilan individu yang mempunyai kebimbangan dalam situasi sosial. Model ini menjelaskan bahawa individu yang mengalami kebimbangan sosial meletakkan satu piawai persembahan sosial yang terlalu tinggi. Tindakan individu ini akan menambahkan kebimbangan seseorang. Maka dari itu kita perlu mengetahui lebih dalam bagaimana lingkungan sosial mempengaruhi perilaku kita dalam proses belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H