PENERAPAN PSIKOLOGI ISLAM DALAM MENGELOLA STRES
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah stres merupakan salah satu fokus utama dalam bidang kesehatan mental yang terus diteliti oleh para ilmuwan. Stres dianggap sebagai krisis kesehatan yang terkait dengan berbagai penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, kecemasan, dan depresi. Sebuah survei menunjukkan bahwa sekitar setengah dari populasi orang di Amerika pernah mengalami peristiwa stres besar. Banyak dari mereka menunjukkan respon perilaku terkait stres seperti kurang tidur, kehilangan nafsu makan, dan kurangnya semangat untuk beraktivitas. Istilah stres pada umumnya merujuk pada stres negatif (distress) (Li, et al., 2016).
Pada tahun 2023, data indeks kesehatan mental masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 9.162.886 kasus depresi dengan prevalensi 3,7 persen. Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap tahun, kemungkinan jumlah penduduk yang mengalami depresi akan semakin besar.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan yang dipublikasikan dalam laman Our Better World banyak penduduk indonesia mengalami depresi serta di ikuti dengan kasus bunuh diri yang di picu oleh gejala kecemasan dan depresi. Kasus bunuh diri juga dipicu oleh penyakit kejiwaan yang lebih parah seperti psikosis, sekitar 400.000 orang terpengaruh.
Selain itu terdapat 57.000 penderita gangguan jiwa yang mengalami pemasungan dari lingkungan mereka. Jumlah ini setara dengan 15,5 juta remaja. Gangguan mental yang umumnya terjadi di kalangan remaja meliputi gangguan kecemasan (gabungan fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh) 3,7%, gangguan depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), hingga gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) dengan angka masing-masing 0,5%. Beberapa kasus bunuh diri diawali dengan gejala kecemasan dan depresi pada pelakunya.[1]
Stres telah menjadi fenomena yang umum dan mempengaruhi individu dari berbagai kalangan. Banyak individu yang mengalami stres tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengelolanya, sehingga hal ini dapat mengakibatkan penurunan kesehatan mental dan kebahagiaan mereka.
Akibatnya, mereka dapat mengalami gangguan psikosomatik, yaitu penyakit fisik yang dipicu oleh masalah psikologis. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang cepat dan tepat untuk menangani gejala dan dampak stres. Psikologi Islam menghadirkan pendekatan holistik dalam memahami dan menangani stres.
Pendekatan islami yang dapat mengurangi stres melalui meditasi dan relaksasi dilakukan dengan sholat, berzikir, dan membaca al-Qur'an. Esai ini menggali peran psikologi Islam dalam mengatasi stres, mengkaji bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan emosional.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan pendahuluan diatas, maka dari itu saya akan membahsan mengenai sebuah judul "Penerapan Psikologi Islam Dalam Mengelola Stres". Maka saya mengemukakan pokok-pokok masalah sebagai berikut:
- Stres Menurut Sudut Pandang Psikologi Islam.
- Cara Mengatasi Stres Dari Sudut Pandang Psikologi Islam.
- Prinsip Hidup seimbang Dalam Pengelolaan Stres.
C. Tujuan
- Untuk Menekankan Pentinggnya Iman dan Ketaatan Untuk Menjalani Hidup.
- Untuk Mendorong Pembaca Senantiasa Mengikut Sertakan Tuhan Dalam Segala Situasi dan Kondisi.
- Membantu pembaca dalam mengelola kehidupan yang seimbang dalam mengatasi permasalahan stres.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Stres
Kajian tentang "stres" pertama kali dilakukan oleh Hans Selye pada tahun 1950 dan dipandang sebagai tokoh utama dalam kajian stres. Selye mendefinisikan stres sebagai tanggapan nonspesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan, yang mengacu pada respons fisiologis, yang disebabkan oleh peristiwa stres (stressor) (Li, et al., 2016).