Lihat ke Halaman Asli

Wanita yang dinomorduakan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13682017441651594352

Suatu ketidakwajaran bila di masa yang sudah modern seperti sekarang ini masih saja mengenal idiom jawa yang mengidentikkan wanita dengan dapur, sumur dan kasurnya. Wanita tak sebatas hanya beraktifitas di ketiga tempat itu tetapi juga dapat merambah di bidang lainnya. Apalagi saat ini sudah mengenal dengan istilah emansipasi wanita dimana wanita berhak memperoleh perlakuan yang sama dan sejajar dengan pria. Namun ternyata saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa wanita hanya berkutat pada ketiga tempat tersebut, sungguh sebuah ketidakadilan untuk wanita!

Dalam sebuah keluarga, pria lah yang lebih diutamakan dalam menempuh pendidikan tinggi sedangkan wanita hanya dinomor duakan saja karena adanya anggapan bahwa kelak wanita hanya sebagai istri saja yang tidak diperuntukkan bekerja diluar rumah. Bahkan tak sedikit pula wanita yang mengenyam pendidikan tinggi tetapi hanya untuk memudahkan proses pencarian jodohnya. Lantas setelah lulus pendidikan, wanita-wanita ini tidak memanfaatkan gelar yang telah diraihnya, bahkan yang lebih parah lagi jika mereka putus sekolah setelah menemukan jodohnya!

Wanita memang tidak dapat memungkiri kodratnya yang sering disingkat dengan 5M yaitu Menstruasi, Mengandung, Melahirkan, Menyusui dan Menopouse. Tetapi apa salahnya jika wanita juga mengenyam pendidikan yang sama tingginya dengan pria dan bekerja sebagaimana pria disamping menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Wanita tak ingin melangkah di depan pria ataupun di belakang pria melainkan hanya ingin melangkah bersama beriringan dengan pria. Bukankah dengan bekerja itu berarti wanita juga dapat mengasah keterampilan lainnya yang dimiliki dan memperluas pengetahuannya selain hanya di dapur, sumur dan kasur? Bukankah pria akan lebih bangga bila memiliki seorang istri yang menjadi wanita karier tanpa mengenyampingkan keluarganya? Selain itu, dengan bekerja wanita juga dapat mengasah kemandiriannya dan menjadi tidak terlalu bergantung dengan pria. Bukankah pria tak suka jika wanita selalu mengandalkannya? Adakah pembenaran bahwa wanita hanya identik dengan ketiga tempat diatas?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline