Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Nasir

Rahmad Nasir lahir di Kabupaten Alor. Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi

Peran Djou Gogo dalam Penyebaran Islam di Baranusa Kecamatan Pantar Barat

Diperbarui: 20 Maret 2021   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Samsudin Laara, S. Pd 

PERAN DJOU GOGO DALAM PENYEBARAN ISLAM DI BARANUSA KECAMATAN PANTAR BARAT

BAB I PENDAHULUAN

  • LATAR BELAKANG

Agama Islam adalah satu -- satunya agama yang dianut oleh etnis Baranusa sejak tahun 1520 di kerajaan Baranusa (Tanah Gelu Bala) sampai kini. Untuk mengetahui darimana datangnya dan siapa yang membawanya, maka sumber sejarah sebagai berikut :

  • Dalam sebuah memori dari Residen Randers masa pemerintahan Nusa Tenggara Timur yang ditulis dalam bahasa Belanda yang diterjemahkan oleh A. B. Nampira dengan judul 'Memori Van Alor' menjelaskan bahwa kapal Victoria yang dibawa oleh Magel Haens mengelilingi dunia (1519 -- 1592), Bersama seorang wartawan bernama Vigga Vetta. Setelah Magel Haens meninggal dunia di Filipina, ketika kembali mereka tiba dipulau Malua (Alor, 19 Januari 1522) dan meneruskan perjalanan kearah Barat kapal Victoria singgah di tanah Gelu Bala (Baranusa). Mereka bertemu penduduk setempat yang sudah memeluk agama Islam dan meneruskan perjalanan ke pulau Solor.
  • Dalam sejarah Nasional meceritakan bahwa bangsa Portugis tiba di Maluku (Ternate) pada tahun 1513. Pada saat itu kerajaan Ternate sebagai kerajaan Islam di bawa pimpinan Sultan Baabullah. Portugis ingin memonopoli rempah -- rempah di Ternate. Menurut cerita yang disampaikan oleh keturunan mereka yang datang dari Maluku, Ternate, karena peperangan antara Portugis dengan kerajaan Ternate maka Sultan Baabullah memerintahkan para ulama untuk menyebarkan agama Islam keluar dari Ternate, berlayar menuju ke Barat, ke Selatan, dan ke Timur. Oleh karena itu, Imam Mukhtar membawa perahunya bernama Arkiang, Abdullah Dailong dengan perahunya Mandawala, dan keluarga Gogo dengan perahunya Tumaninah, menuju kearah Selatan. Oleh Sya'ban Bilang (1971) dalam skripsinya berjudul 'Masuknya Agama Islam di Kabupaten Alor' menyebutkan rombongan itu dengan ekpedisi Mandawala artinya orang yang berasal dari laut Banda. Mereka pertama tiba di sebuah pulau yaitu pulau Kisu (Alor), mereka menamakan pulau itu dengan nama 'Ternate' (terpakai sampai sekarang). Di pulau Ternate inilah mereka mulai tersebar, Iang gogo ke Bunga Bali (Alor Besar), Kimales Gogo ke Lerabaing (Kecamatn Abad) , Jou Gogo dan Abdullah Dailong ke Baranusa (Pantar Barat), Ilias Gogo ke Tuabang (Pantar Timur), Salema Gogo ke Pandai (Pantar), Boi Gogo ke Lamakera (Solor).

    • TUJUAN
  • Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah sebagai berikut :

    • Menjadi rintisan untuk menggali dan mengembangkan hal -- hal yang berhubungan dengan masuknya agama Islam di Baranusa pada masa lampau dan mencoba memahami masa kini dan masa depan.
    • Mengungkapkan kembali cerita atau peristiwa masa lalu yang berhubungan dengan penyiaran agama Islam yang datang dari Ternate oleh Imam Mukhtar, Djou Gogo, dan Abdullah Dailong.
    • Mendatakan bukti -- bukti peninggalan sejarah Islam di Baranusa.
    • Mendorong generasi muda Baranusa sekarang dan yang akan datang untuk membuat penelitian dan penulisan tentang sejarah Islam Baranusa masa lampau untuk menjadi acuan masa kini dan merancang masa depan.
    • Memberikan sumbangan kepada kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Alor sebagai bahan masukan dalam penulisan buku tentang Masuknya Agama Islam di Kabupaten Alor.

    • BAB II

      PERJALANAN DJOU GOGO KE BARANUSA

      Setelah keluarga Gogo bersaudara terpisah di pulau Ternate dan menyebar maka Djou Gogo, Abdullah Dailong bersama keluarga raja Boli Tonda bermukim di Waiwagang (Pantar) bersepakat berangkat menyusur pantai Utara pulau Pantar, memasuki tanah Gelu Bala Baranusa. Setibanya di tanah Gelu Bala Baranusa sudah ada Imam Mukhtar yang mengajarkan agama Islam kepada penduduk peribumi yaitu suatu kerajaan yang bernama kerajaan sigang pada tahun (1517). Imam mukhtar melaksanakan sunat (khitan) pertama, namun penduduk sebagian setempat merasa khawatir jangan sampai membawa kematian, mereka lari menyelamatkan diri sampai di Pantar Timur yaitu tinggal disebuah kampung yang namanya Sargang. Penduduk yang tinggal oleh Raja Sigang, Awo Kala Birang Kala memberikan dua orang hambanya bernama Ako dan Lando untuk diberikan kepada Imam Mukhtar untuk dikhitan sebagai khitan percobaan. Ternyata setelah dikhitan tidak terjadi apa apa yang dikhawatirkan oleh penduduk setempat, maka raja dan semua rakyatnya memeluk agama Islam.

    • Sebagai bukti khitan pertama dilaksanakan diatas sebuah batu plat yang oleh penduduk menyebutnya 'wato shalawat' (batu shalawat), penduduk pedalaman menyebutnya 'Awwe Salala'. Khitan sudah dilaksanakan maka oleh Imam Mukhtar selanjutnya mengajarkan Al -- Qur'an atau belajar mengaji di atas sebuah bukit yang disebut tempat Al-Qur'an atau Lawo Qur'an, sedangkan orang pedalaman menyebutnya 'Abbang Koraa' atau tempat Qur'an. Pada tahun 1520 Djou Gogo dan Abdullah Dailong bersama raja Boli Tonda bergabung dengan Imam Mukhtar membangun pemukiman atau kampung di tanah Gelu Bala (Baranusa).

    • Agama Islam mulai berkembang, sebagai pusat kegiatan Islam hanya satu lokasi yaitu Tanah Gelu Bala (Kerajaan Baranusa). Dipusat kerajaan inilah dibangun Masjid pertama yang berukuran 6 m x 6 m. Sebagai pengasuh masjid dibentuklah pegawai sara untuk memakmurkan Masjid. Sebagai imam adalah Imam Mukhtar, sebagai khatib adalah Djou Gogo dan Abdullah Dailong sedangkan Mu'adzim adalah pengikut Imam mukhtar bernama Abdul Kadir Aljufri.

    • Kemudian kegiatan -- kegiatan penyebaran Islam lainya atau sebagai penyuluh agama adalah Imam Mukhtar dan Abdullah Dailong, serta sebagai Moding atau petugas Khitan adalah Djou Gogo. Pembagian tugas dalam mengurus Masjid di tana Gelu Bala yang dilakukan oleh Imam Mukhtar, Djou Gogo dan, Abdullah Dailong, serta pengikut lainnya, ini berlaku di masyarakat Islam Baranusa di Tana Gelu Bala sampai sekarang. Imam Mukhtar, Djou Gogo, dan Abdullah Dailong meninggal dunia di tanah Gelu Bala Baranusa pada masa pemerintahan Raja Mau Boli (1578 -- 1639).

    • BAB III

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline