Udara menjadi bagian paling penting di dalam hidup. Bukan hanya pada lingkungan hidup, tapi juga merujuk pada Manusia. Kualitas udara sangat penting, ini mengukur kualitas hidup di suatu daerah tersebut.
Beberapa waktu lalu kita melihat beberapa media memberitakan terjadinya kekurangan oksigen di rumah sakit untuk pasien covid, di ibukota kasusnya terjadi sangat tinggi. Bukan kah kita lucu melihat berita ini, kita biasa menghirup oksigen setiap hari. Lalu mengapa bisa kekurangan?
Ternyata oksigen yang di udara tidaklah cukup, kita perlu bantuan oksigen murni. Bagaimana oksigen di Ibukota?
Di ibukota kita sering kali tidak sadar seberapa kotor udara yang kita hirup. Rumah-rumah penduduk yang padat, asap yang di hasilkan dari pabrik, jumlah kendaraan yang banyak dan mobilitas yang tinggi mengakibatkan kualitas udara di Ibukota menjadi buruk.
Lalu bagaimana kesehatan di Ibukota?
Kualitas udara bukan hanya sekedar menentukan kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental. Stres yang kita alami ternyata juga timbul dari kualitas udara yang buruk. Warga Ibukota seperti di Jakarta contohnya, tidak bisa kita pungkiri bahwa setiap warganya menghirup udara yang buruk.
Udara yang di hirup oleh setiap warga yang di Jakarta sudah tak lagi sehat, asap kendaraan, asap pabrik, bahkan asap yang timbul dari sebuah proses memasak makanan juga mereka hirup. Kandungan udara yang kita hirup mengandung 78,09% nitrogen, 20,95% oksigen, 0,93% argon, 0,04% karbon dioksida, dan gas-gas lain yang terdiri dari neon, helium, metana, kripton, hidrogen, xenon, ozon, radon.
(Wikipedia). Ini di dalam udara yang bersih, bagaimana jika udara sudah terkontaminasi oleh polusi ?, otomatis jumlah kandungan yang ada di dalamnya juga akan berkurang. Ketika kandungan yang ada di dalam udara yang kita hirup berkurang, lalu udara apa yang sebenarnya kita hirup selama ini? Lalu pertanyaan itu kita pertanyakan. Apakah kita masih sehat, setelah menghirup udara yang kita hirup setiap hari yang sudah terkontaminasi polusi itu?
Pepohonan yang sedikit jumlahnya di Ibukota juga mempengaruhi kualitas udara, bagaimana tidak. Pohon adalah satu-satunya yang bisa berfotosintesis, yang menyerap karbondioksida menjadi oksigen. Jika jumlah dari pepohonan ini sedikit, otomatis penyerapan karbondioksida di ibukota sangatlah kurang.
Apalagi tingkat polusi dan jumlah karbondioksida di ibukota sangatlah tinggi. Kasus-kasus ini bukan hanya terjadi di Jakarta dan wilayah Jabodetabek saja, tapi di beberapa daerah dengan mobilitas tinggi seperti Surabaya, Bandung, Semarang, Medan & Makassar. Bahkan kita juga harus mewaspadai meningkatnya polusi di beberapa daerah, dengan meningkatnya mobilitas dan perkembangan industri di daerah tersebut.
Kita berharap hal Baik dari perilaku Buruk yang kita mulai