Proses Dekolonialisasi Historiografi Indonesia
Salah satu bagian dari warisan historiografi Indonesia adalah historiografi Kolonial. Historiografi Kolonial adalah karya sejarah yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial berkuasa di Nusantara Indonesia, yaitu sejak zaman VOC sampai masa pemerintahan Hindia Belanda yang berakhir ketika pendudukan Jepang datang ke Indonesia. Historiografi kolonial dengan sendirinya menonjolkan peranan bangsa Belanda dan memberi tekanan pada aspek politis, ekonomis dan institusional. Hal ini merupakan perkembangan secara logis dari situasi kolonial di mana penulisan sejarah terutama mewujudkan sejarah dari golongan yang berkuasa. Interpretasi dari jaman kolonial cenderung untuk membuat mitologisasi dari diminani tersebut, dengan menyebut perang-perang kolonial sebagai usaha pasifikasi daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan perlawanan untuk kebebasan mereka. Ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, maka dimulailah proses dekolonialisasi historiografi Indonesia yang sebelumnya masih dipengaruhi oleh jejak-jejak colonial.
pada tanggal 14-18 Desember 1957 diadakan Seminar Sejarah Nasional I berlangsung di Yogyakarta, Seminar Sejarah Nasional I diadakan dengan tujuan untuk mengumpulkan berbagai pendapat dan saran-saran sebagai pertimbangan untuk menyusun sejarah nasional Indonesia secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil Seminar tersebut adalah historiografi Indonesia yang Indonesiasentris, di mana artinya penulisan sejarah harus berawal dan berakhir di Indonesia, Yang mana sejarah Indonesia harus dipahami dari sisi dan orientasi pada masyarakat Indonesia sebagai keutuhan bangsa. Indonesiasentris harus menjadikan orang Indonesia sebagai pelaku utama. tujuan dari Indonesiasentris, yaitu sebagai pendekatan dan kebutuhan mencari identitas nasional bangsa Indonesia.
Dampak dari Dekolonialisasi Historiografi Indonesia
Dampak Dekolonialisasi penulisan sejarah menunjukkan dua babak baru dalam sejarah Indonesia. Pertama, sebagai titik balik historiografi tentang Indonesia yang selama ini bersifat netherlandsentris, kemudian selanjutnya digantikan dengan indonesiasentris. Kedua, dimulainya historiografi moderen oleh orang Indonesia dan di negerinya sendiri, dengan ditandai berlangsungnya Seminar Sejarah Nasional Indonesia pertama di Yogyakarta tahun 1957. Historiografi Indonesiasentris ini lebih menonjolkan semangat nasionalisme dan kepahlawanan. Adanya penulisan sejarah Indonesia yang bercorak indonesia sentris ini merupakan hal yang lumrah dilakukan pasca kemerdekaan karena sebagai bentuk legitimasi nasionalisme Indonesia, Sejarah Indonesiasentris merubah Label "pemberontak" bagi Belanda seperti Diponegoro misalnya, berganti menjadi "pahlawan" bagi kita (Piliang, 2001:2). Akan tetapi, dekolonisasi penulisan sejarah ini cenderung menjadi regionalisasi, dalam hal ini pokok pembahasannya lebih banyak tentang Jawa (Jawasentris).
Melalui kata pengantar bukunya Gagalnya Historiografi Indonesiasentris (2006), Bambang Purwanto mengkritik bahwa historiografi yang terlalu Indonesiasentris menimbulkan semangat nasionalisme yang berlebihan sehingga menimbulkan anakronisme dalam menggambarkan periode kolonial. Seperti yang diketahui historiografi Indonesiasentris secara substantif sama dengan historiografi kolonial yaitu mengunggulkan etnis yang ditulis dari perspektif masing-masing. Pun nasionalisme yang diusung dekolonisasi ini keliru dari awal, karena menurut Bambang Purwanto dekolonialisasi ini membangun wacana sekaligus perspektif yang menjadikan historiografi Indonesiasentris sekadar sebagai alat penghujat dan menggunakan masa lalu sebagai tameng pembenaran (Purwanto, 2006). Oleh karena itu, dekolonialisasi yang diusung hanya membenarkan bangsa pribumi dan mencemooh kolonial.
Dampak lainnya dari dekolonialisasi yaitu pembelajaran sejarah hanya dijadikan sebagai suatu kajian masa lampau sehingga terkesan tidak ada kaitannya dengan zaman sekarang dan tidak dapat menjawab persoalan-persoalan kekinian. Seperti yang diketahui, masalah-masalah yang terjadi di Indonesia seperti kemiskinan, ketidakadilan, ketergantungan, dan eksploitasi. Pembelajaran sejarah diharapkan dapat menjawab masalah-masalah tersebut. Maka, perlu adanya suatu penulisan yang netral dan tidak berpihak dalam pembelajaran sejarah. Penulisan yang netral diperlukan agar topik-topik terkait masalah kekinian yang terjadi di masa lampau berani diangkat dan diajarkan dalam pembelajaran sejarah. Akhirnya, sejarah tidak hanya dipandang sebagai ilmu yang hanya bicara masa lampau tanpa ada kaitannya dengan masa yang akan datang (Sulistiyono, 2016).
Kesimpulan
Seminar Sejarah Nasional I menjadi tonggak kebangkitan penulisan sejarah Indonesia, dari seminar tersebutlah dihasilkanya historiografi Indonesia yang Indonesiasentris, di mana artinya penulisan sejarah harus berawal dan berakhir di Indonesia, Yang mana sejarah Indonesia harus dipahami dari sisi dan orientasi pada masyarakat Indonesia sebagai keutuhan bangsa. tujuan dari Indonesiasentris, yaitu sebagai pendekatan dan kebutuhan mencari identitas nasional bangsa Indonesia. Deklonialisasi Historiografi berdampak pada perubahan cara pandang penulisan sejarah dari sebelumnya Netherlandsentris, kemudian selanjutnya digantikan dengan indonesiasentris. adanya penulisan sejarah Indonesia yang bercorak indonesiasentris merupakan bentuk dari legitimasi nasionalisme Indonesia. Namun historiografi yang terlalu Indonesiasentris menimbulkan semangat nasionalisme yang berlebihan sehingga menimbulkan anakronisme dalam menggambarkan periode colonial, selain itu historiografi Indonesiasentris juga sekadar diadikan alat untuk membenarkan bangsa pribumi dan mencemooh colonial. Dampak lainnya dari dekolonisasi yaitu pembelajaran sejarah hanya dijadikan sebagai suatu kajian masa lampau sehingga terkesan tidak ada kaitannya dengan zaman sekarang dan tidak dapat menjawab persoalan-persoalan kekinian. Maka, perlu adanya suatu penulisan yang netral dan tidak berpihak dalam pembelajaran sejarah. Penulisan yang netral diperlukan agar topik-topik terkait masalah kekinian yang terjadi di masa lampau berani diangkat dan diajarkan dalam pembelajaran sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
- Gita Lorensia Dannari dkk, (2021) Dekolonialisasi: Menuju pembebasan materi pembelajaran Sejarah di Indonesia abad 21, Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 1(4), 2021 ; http://journal3.um.ac.id/index.php/fis/article/view/212/201
Ahmad Nurhuda, Anggeni Saputri, (2022) , Perkembangan Historigrafi Indonesia, UIN Imam Bonjol, TARIKHUNA: JOURNAL OF HISTORY AND HISTORY EDUCATION vol. 4 ; https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/tarikhuna/article/download/5656/3075
Slamet Subekti , TINJAUAN KRITIS TERHADAP KECENDERUNGAN HISTORIOGRAFI INDONESIA MASA KINI, ; http://journal3.um.ac.id/index.php/fis/article/download/212/201/286
Redaksi Suara Mahasiswa, (2023), Dekolonisasi Penulisan Sejarah Indonesia, suaramahasiswa.com ; https://suaramahasiswa.com/dekolonisasi-penulisan-sejarah-indonesia
Seminar Nasional Historiografi Indonesiasentris , fishipol.uny.ac.id; https://fishipol.uny.ac.id/id/berita/seminar-nasional-historiografi-indonesiasentris