Lihat ke Halaman Asli

Rahma Azizah

mahasiswa sosiologi

Seseorang yang Haus dengan Pelukan

Diperbarui: 15 Januari 2024   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: https://pixabay.com/

Ia berjalan menanti jawab akan semua teka-teki yang memenuhi isi kepalanya. Berharap seseorang datang memberinya teh hangat yang mendatangkan sedikit ketenangan. Sejuknya udara malam seakan-akan membawanya pada titik temu dari semua pertanyaan yang kian menjenuh. Hampir saja ia menyerah dan tertatih duduk pada kursi di seberang jalan dekat rumah yang tak berpenghuni.

Alunan musik seakan-akan mengingatkannya pada sosok yang sangat ia sayangi. Bapak ibunya telah meninggalkannya sejak usianya masih belia. Saat itu, ia merasa kedua sayapnya patah dan jadilah hidupnya sebatang kara.

Kedukaan yang teramat dalam sudah ia rasakan sejak dini. Bahkan saat ini ia merasa tak butuh hangatnya rasa dalam keluarga. Ia merasa kesendirian adalah miliknya. Bukan tak mau mengerti, namun ini caranya untuk meluapkan ekspresi keluh kesah tentang kerasnya dunia ini.

Sudah lama ia mengharap akan datangnya seseorang yang dapat memberinya makna tentang dunia. Memberinya senyuman manis dan dekapan peluk yang sudah lama tak ia rasakan. Cintanya tulus dan semoga ia tak lagi merasakan kehilangan yang teramat pedih.

Pemalang, 20 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline