Lihat ke Halaman Asli

Manajemen Perempuan dalam Keluarga Double Income serta Perannya di Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya

Diperbarui: 9 November 2021   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perempuan ketika sudah menikah akan mempunyai peran menjadi seorang istri yang berkewajiban untuk mendampingi suami dan mengurus rumah tangga. Selain itu, perempuan juga mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Peran perempuan secara tradisional diidentikkan dengan pekerjaan domestik atau pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, peran perempuan pun turut bergeser. 

Pada masyarakat perkotaan era modern ini, peran perempuan mengalami banyak perubahan sebagai reaksi atas perubahan struktur perekonomian di perkotaan yang mengarah pada proses industrialisasi. 

Tingkat modernisasi dan globalisasi informasi serta keberhasilan gerakan emansipasi wanita  dan feminisme, membuat perempuan semakin terlibat dalam berbagai kegiatan publik termasuk bekerja di sektor ekonomi guna membantu suami dalam mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga. Perempuan yang memiliki peran dalam sektor ekonomi keluarga juga tidak hanya bertujuan untuk mencari nafkah keluarga saja, namun perempuan melakukan aktualisasi terhadap dirinya melalui peran tersebut. 

Keluarga dengan istri yang ikut bekerja dalam membantu suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga disebut sebagai keluarga double income atau keluarga berpenghasilan ganda. Keluarga tipe ini juga kerap disebut sebagai dual earner family yang mana tipe keluarga ini memiliki dampak positif dalam peningkatan penghasilan keluarga yang akhirnya mendorong meningkatnya kualitas kesehatan keluarga, kualitas perawatan anak, serta kemampuan untuk menabung demi masa depan keluarga. 

Namun, perempuan atau istri dalam keluarga tipe ini acap kali merasakan dilema atau konflik akibat adanya peran publik yang dimilikinya. Konflik yang terjadi akibat kurangnya waktu untuk mencurahkan kasih sayang dan perhatian kepada suami dan anak-anak sering kali terjadi pada perempuan yang bekerja. 

Konflik akibat istri yang bekerja ini biasa disebut sebagai work family conflict, yang mana menurut Frone pada tahun 2000 diartikan sebagai bentuk konflik peran akibat tuntutan peran pekerjaan dan peran dalam keluarga yang tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik kerja keluarga ini timbul manakala perempuan harus menjalankan multi peran sebagai istri, orang tua, dan pekerja. 

Sumber utama konflik yang dihadapi perempuan yang bekerja pada umumnya adalah karena usahanya dalam memenuhi tuntutan pekerjaan dan keluarga secara bersamaan. Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban kerja yang berlebihan dan waktu, seperti pekerjaan yang diburu-buru karena adanya tenggat waktu. Sementara itu, tuntutan keluarga berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan dalam menangani tugas-tugas rumah tangga dan mengurus anak yang dapat ditentukan oleh seberapa banyak jumlah anggota keluarga. 

Keluarga yang mengalami konflik kerja keluarga memerlukan strategi koping yang baik dalam usahanya untuk meredakan konflik tersebut. Strategi koping sendiri didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi stres atau tekanan yang dihadapi. Keluarga dengan pendapatan ganda tentunya memiliki tingkat stres yang berbeda, hal ini terkait dengan peran ganda yang dilakukan istri dan adanya konflik kerja keluarga sehingga diperlukan strategi koping yang baik. 

Salah satu strategi koping yang dapat dilakukan oleh keluarga berpendapatan ganda ini adalah dengan pembagian peran dalam keluarga. Pembagian peran ini didasarkan pada pembagian peran gender yang merujuk pada tiga peran, yaitu peran publik, peran domestik, dan peran kemasyarakatan. Peran publik diasosiasikan dengan peran yang dilakukan oleh anggota keluarga untuk mencari nafkah. 

Peran domestik diasosiasikan dengan kegiatan reproduktif dalam keluarga atau peran yang erat kaitannya dalam pemeliharaan dan pengembangan sumber daya manusia dalam keluarga. Serta peran kemasyarakatan yang berkaitan erat dengan kegiatan politik dan sosial budaya masyarakat tempat tinggal keluarga. Dengan adanya pembagian peran yang seimbang dalam keluarga dapat menjadikan beban kerja dan keluarga tidak hanya bertumpu pada istri.

Balancing work and family atau strategi penyeimbangan kerja keluarga juga dapat dilakukan pada keluarga dengan penghasilan ganda untuk menurunkan tekanan yang dialami pada istri yang rentan memiliki peran ganda. Perempuan pada tahapan keluarga awal, seperti keluarga dengan anak balita dan anak usia sekolah lebih diarahkan untuk mencurahkan waktunya pada pekerjaan keluarga terutama dalam mengasuh anak karena tuntutan keluarga yang jauh lebih besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline