Lihat ke Halaman Asli

Rahma Fatima

Long life learner

Bisakah Sukses Setelah Jatah Gagal Habis?

Diperbarui: 29 Januari 2025   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover buku 'Kapan Jatah Gagal Saya Habis' karya Hanif Mahaldi (sumber: Google Play Book)

Pada saat membuka Google Play Book, ada buku dengan judul yang menarik perhatian saya, 'Kapan Jatah Gagal Saya Habis?'. Saya pun langsung bertanya pada diri saya sendiri, apa iya ada yang namanya 'jatah gagal'?

Karena penasaran, akhirnya saya membeli dan membacanya. Buku motivasi karya Hanif Mahaldi ini mengupas tentang kegagalan yang sering terjadi dalam hidup kita dan apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi kegagalan itu.

Buku ini menyoroti konsep 'jatah gagal' yang populer sehari-hari. Intinya, ada sebagian orang yang berpendapat dan berharap jika gagal itu ada jatahnya. Sehingga saat jatah gagalnya habis, maka sukses akan mendatanginya. Padahal kenyataannya, menurut Hanif, gagal dan sukses adalah dua hal yang akan selalu beriringan. Dengan kata lain, peluangnya sama besar.

Dalam hidup, gagal itu pasti ada. Yang tidak pasti itu adalah cara kita menyelesaikan masalah agar tidak gagal lagi.

Lalu bagaimana cara menghadapi kegagalan itu?
Hanif mengungkapkan bahwa cara tiap orang berbeda-beda dalam merespon kegagalan dan hal ini berhubungan dengan respon otak reptil pada manusia, yaitu fight or flight.

Respon orang yang memilih flight (lari) adalah dia akan menghindari dan mengabaikan kegagalan sehingga tidak belajar dari kegagalan itu dan tidak melakukan perbaikan. Bahkan dia menyerah dan takut untuk mencoba lagi.

Sedangkan orang yang memilih fight (melawan) akan berusaha untuk mengatasi kegagalan. Untuk mencapai kesuksesan, kegagalan harus punya ruangnya sendiri. Artinya, kita terima kegagalan itu, kita nikmati kegagalan itu, dan kita pelajari agar tak terulang lagi.

Walaupun gagal itu pahit, tapi kita akan dapat mengambil hikmahnya jika kita bersikap bijaksana. Kegagalan dapat membawa kita pada kesuksesan jika kegagalan itu membuat kita terus belajar dan mencoba, memicu refleksi atau introspeksi diri, dan menimbulkan resiliensi atau ketangguhan.

Menurut Hanif, sukses bukanlah hal instan. Semuanya dimulai dengan cara mencicil dan membangun kebiasaan baik. Kita harus memulai kebiasaan baik yang dilakukan terus menerus. Terkadang, kita terlalu meremehkan kegiatan sederhana yang positif, tapi tetap saja melakukan kegiatan sederhana yang negatif.

Sama dengan kesuksesan, kegagalan terjadi akibat dicicil setiap hari. Akibatnya, seseorang tidak bisa sukses karena selalu mencicil kebiasaan buruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline