PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDDIN
Mata kuliah Peradaban Islam merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang sejarah peradaban Islam dari masa ke masa. Dalam mata kuliah ini, penulis sadar akan kurangnya pengetahuan dan wawasan penulis tentang sejarah Islam. Mempelajari sejarah peradaban Islam tentu memberikan banyak manfaat bagi kehidupan saat ini seperti bertambahnya wawasan dan pengetahuan terkait sejarah Islam dengan mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dari masa ke masa, dapat membantu para umat Muslim khususnya generasi sekarang untuk memahami perkembangan peradaban Islam, melatih untuk berpikir kritis sehingga mampu mencontoh dan menerapkan semangat para umat Muslim terdahulu dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama Islam.
Pada perkuliahan Peradaban Islam yang telah dilaksanakan selama enam minggu, terdapat lima tema atau lima materi yang dibahas diantara adalah Perkembangan Sains pada Masa Pra-Islam dan Nabi Muhammad SAW, Perkembangan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan pada Masa Khulafaur Rasyiddin, Perkembangan Islam pada Masa Bani Umayyah, Pertumbuhan Peradaban Islam Masa Bani Umayyah di Andalusia, dan Pertumbuhan Peradaban Islam Bani Abbasiyah. Namun, kali ini penulis akan sedikit merangkum salah satu tema yang sudah dipaparkan dalam kuliah Peradaban Islam ini yaitu tentang Perkembangan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan pada Masa Khulafaur Rasyiddin.
Pendidikan agama menjadi salah satu faktor yang berperan dalam perkembangan dan pembangunan peradaban suatu negara. Pendidikan Islam bagi umat Islam berasal dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Pendidikan Islam masa Nabi SAW pada awalnya dilakukan di Kota Mekkah dengan melalui pendekatan kepada orang-orang tedekat Nabi. Kemudian pusat pendidikan pindah ke Kota Madinah dan Nabi SAW mendirikan masjid lalu pendidikan diselenggarakan melalui dakwah secara sistematis dan terstruktur. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, kedudukannya sebagai pemimpin kaum muslimin diganti oleh Khulafaur Rasyiddin yang terdiri atas 4 khalifah yaitu Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin 'Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pada masa Khulafaur Rasyiddin berdiri berbagai pusat pendidikan di beberapa wilayah seperti Mekkah, Madinah, Basrah, Kuffah, dan Damsyik (Syam) yang tujuannya untuk melanjutkan pendidikan yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Periode Abu Bakar As-Shiddiq (11-13 H atau 632-634 M)
Abu Bakar As-Shiddiq diangkat sebagai khalifah pada tahun 11 H (632 M) dan beliau menjadi orang pertama yang memimpin pada masa Khulafaur Rasyiddin. Ketika periode Abu Bakar As-Shiddiq dimulai, terdapat berbagai macam gangguan seperti kerusakan-kerusakan yang dilakukan oleh orang-orang murtad, banyak orang yang mengakui sebagai Nabi, dan lain sebagainya. Pada periode ini, pola pendidikan yang diterapkan masih sama dengan pola pendidikan pada masa Nubuwah yaitu dengan mengajarkan materi pendidikan berupa membaca dan menulis, membaca dan menghafal Al-Qur'an, maupun mempelajari pokok-pokok ajaran Islam seperti pendidikan tauhid, pendidikan akhlak, pendidikan ibadah, serta pendidikan kesehatan terintergrasi di bidang tauhid, akhlak, dan ibadah. Selain memberikan ilmu tentang agama, umat muslim juga diberikan ilmu terkait bahasa asing dengan tujuan agar dapat mengembangkan hubungan internasional dengan negara-negara lain. Pusat pendidikan pada periode ini berada di Madinah dengan tenaga pendidiknya adalah para sahabat Nabi SAW. Pada periode ini juga didirikan beberapa bangunan sebagai tempat untuk para umat Islam belajar maupun berdiskusi yaitu seperti masjid, shuffah, dan kuttab.
Periode Umar bin Khattab (13-23 H atau 634-644 M)
Umar bin Khattab menjadi khalifah kedua sebagai pemimpin umat muslim setelah Abu Bakar As-Shiddiq wafat. Umar bin Khattab dipilih menjadi pemimpin umat Islam karena beliau memiliki kepribadian yang terpuji sehingga mampu menjadi teladan bagi umat Islam. Pada masa kepemimpinan beliau, situasi sosial dan politik dalam keadaan yang stabil dan wilayah pemerintahan Islam juga semakin luas sehingga dakwah maupun penyebaran pendidikan Islam dapat berkembang dengan pesat. Dalam masalah pendidikan, Umar bin Khattab turut serta berperan langsung menjadi tenaga pendidik dalam penyuluhan dan pembinaan umat Islam di kota Madinah. Metode pendidikan yang digunakan pada periode ini yaitu dengan cara siswa duduk melingkari guru di halaman masjid. Pola pendidikan anak juga sudah mulai tertata dan membuat Umar bin Khattab mendirikan tempat khusus di sudut-sudut masjid agar anak-anak lebih semangat dalam menuntut ilmu.
Umar bin Khattab mengangkat dan menunjuk pada tenaga pendidik untuk ditempatkan di seluruh daerah agar dapat mendidik para penduduk baru Islam dengan mengajarkan Al-Qur'an dan kandungannya, aqidah Islamiyah, dan lain sebagainya. Kegiatan pendidikan Islam menjadi intensif didukung oleh wilayah kekhalifahan yang semakin luas. Karena semangatnya umat Islam dalam menuntut ilmu Islam membuat mobilitas penuntut ilmu ke Madinah menjadi semakin meningkat, sehingga muncul ajaran ilmu baru yaitu belajar bahasa Arab agar pendidikan bagi umat Islam juga semakin berkembang. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pola dan perkembangan pendidikan pada masa Umar bin Khattab lebih maju dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Periode Utsman bin 'Affan (23-35 H atau 644-656 M)
Utsman bin 'Affan menjadi khalifah ketiga sebagai pemimpin umat muslim dan telah memimpin kurang lebih selama 12 tahun. Setelah memerintah selama enam tahun, pemerintahan khalifah Utsman bin 'Affan memburuk karena pemerintahannya dikuasi oleh keluarga beliau yang pada akhirnya menimbulkan permasalahan di kalangan masyarakat. Pada periode ini, terjadi penyusunan kitab suci Al-Qur'an yang dikenal sebagai mushaf Usmani dan kemudian mushaf tersebut disalin menjadi lima buah lalu dikirimkan ke Mekkah, Basrah, Suriah, dan Kuffah. Perkembangan pendidikan pada masa pemerintahan Utsman bin 'Affan tidak jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya. Hanya saja yang membedakan adalah pada masa ini pendidikan diserahkan kepada rakyat lalu para sahabat diberikan kebebasan oleh Utsman bin 'Affan untuk pergi ke tempat-tempat yang disukai dengan tujuan agar dapat meningkatkan pendidikan di wilayah Islam lainnya sehingga pendidikan dapat dan mudah dijangkau oleh semua masyarakat yang ingin menuntut ilmu.