Lihat ke Halaman Asli

Puasa Cara Tuhan Menyita Waktu Kita

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba hitung berapa umur kita sekarang, lalu berapa dan kapan kita mulai mengenal Tuhan dan bersungguh – sungguh beribadah kepadanya. Dalam sehari yang memiliki 24 jam, berapa banyak waktu kita untuk Tuhan? Dan berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk diri kita sendiri?

Manusia memang mahluknya yang begitu sulit bersyukur atas segala nikmat dan karunia dari Tuhan. Bukan karena dia enggan, tapi karena dia memiliki nafsu. Kecenderungan manusia mengejar keinginannya yang membuatnya lalai.

Tapi manusia juga punya jiwa yang cenderung kepada kehambaan, hanya jiwa – jiwa yang sabar dan memiliki ilmu syukurlah yang bisa menahan kecendrungan duniawi di dalam hatinya. Butuh ketabahan dan keiklasan mengarahkan jiwa cenderung kepada kehambaan.

Tapi sebagian manusia mengikuti hawa nafsunya dan kalah dengan godaan dunia yang hanya sementara. Tuhan begitu mengenal ciptaanNya dan Ia membuat sebuah mekanisme sistematis agar hambanya tunduk dan kembali kepadaNya.

Salah satunya adalah dengan cara ibadah puasa. Bisa di katakan ibadah puasa adalah ibadah yang paling berat untuk di lakukan, makanya puasa itu untuk Tuhan dan hanya Dialah yang membalasnya. Manusia yang beriman diseru olehnya untuk berpuasa dan menjadi wajib hukumnya.

Inilah mekanisme sistematis yang membuat manusia tunduk dan patuh untuk meluangkan waktunya kepada Tuhan. Selama hampir 12 – 13 jam manusia menahan segala yang di halalkan dan menunggu hingga waktu berbuka untuk di perkenankan menikmatinya.

Tuhan degan ibadah puasa menyita waktu orang – orang beriman agar tunduk dan patuh dalam beribadah kepadanya. Hanya orang – orang yang beriman yang di panggil untuk melaksanakan ibadah ini dan hanya orang – orang yang jiwanya iklas dan bersyukur yang mampu menjalani puasa ini.

Dalam setahun hanya satu bulan waktu untuk berpuasa, dalam dua puluh empat jam hanya 12 – 13 jam berpuasa. Apakah manusia masih begitu pelit untuk memberikan jiwa dan seluruh hati pikirannya untuk Tuhannya? Lalu siapakah yang memberimu makan saat ini? memberimu Rumah? Memberimu pasangan jiwa sebagai peneduh hatimu? Memberikanmu anak sebagai buah cinta kasihmu? Memberikan harta duniawi sebagai perhiasan dan amal bagimu? Lalu mengapa kita masih berlaku pelit untukNYa? Mungkinkah kita adalah hambanya yang kurang bersyukur!

-----------------------------------------

Rahib Tampati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline