Menjelajah tempat baru merupakan salah satu magnet dalam kehidupan saya pribadi. Mengenal udara yang baru, suasana yang baru, itulah yang menjadi energi bagi tubuh saya. Dan salah satu hobi baru saya yaitu menjelajah suatu tempat menggunakan motor diluar Jawa Barat. Siapa bilang jalan-jalan butuh uang banyak? Ini kali pertamanya bagi saya mengunjungi propinsi Jawa Tengah menggunakan motor di waktu Lebaran. Dan, rasanya sungguh sangat luarbiasa dan mengesankan. Beriringan dengan motor lain dengan tas di depan dan di belakang. Macet-macetan. Menginap dari mesjid satu ke mesjid lainnya, pom bensin satu ke pom bensin lainnya, dan emperan alfamart satu ke alfamart lainnya. Bahkan berhari-hari di jalan hanya untuk bisa sampai ke tempat tujuan. Bagi teman-teman saya, saya ini gila. Tapi, bagi saya kegilaan inilah yang membuat hidup menjadi lebih berwarna, dibandingkan harus mendekam dirumah tanpa melihat cahaya matahari di senja hari dan di sore hari, ini luar biasa.
Dan yang paling berkesan, ini pertama kali saya touring sangat jauh dan terkena imbas macet di Brebes, dan menurut info yang beredar bahwa jalan ini memang baru pertama kalinya diuji coba. Sungguh pengalaman yang luar biasa.
Tujuan akhir dari perjalanan saya ini yaitu desa Wonogiri. Tapi saya tidak akan menceritakan itu sekarang, saya mau menceritakan perjalanan menuju Wonogiri itu sendiri sekarang. Karena cukup panjang menjelaskan keindahan desa itu disini. Jadi nanti akan saya tampilkan artikel tersendiri. Yah, tapi tidak setidaknya saya sudah menginjakan kaki di Wonogiri.
Kembali ke perjalanan saya, oh ya, saya tidak sendiri, saya bersama seseorang yang mengajak saya mengikuti perjalanan ini. Dia bernama Supri. Iya, yang berfoto bersama saya, itulah orangnya. Semua bermula ketika dia menjadi travelmate saya. Baiklah, kita lewatkan saja bagian itu, sepertinya terlalu pribadi. Hahahah…
Perjalanan menuju Wonogiri ini kami mulai dari Jakarta, di tahun 2016, kedua kalinya merasakan Lebaran dirumah orang lain. Dari Jakarta menuju Semarang, tempat pertama yang akan kami singgahi. Memang kalau dibilang agak melenceng sedikit ke Semarang, tapi berkat Supri lah, saya bisa tau Semarang. Merupakan salah satu kota kecil yang bersih. Kami mengunjungi salah satu tempat wisata yang terkenal di kota ini.
VOILA! Kuil Sam Poo Kong!
Kuil Sam Poo Kong ini merupakan bangunan yang nyaman untuk dijadikan tempat bersantai. Areanya begitu luas dan cocok bagi kalian sekeluarga yang ingin menikmati suasananya yang tenang dan sejuk. Setiap orang bisa masuk. Disinilah saya merasakan bahwa perbedaan itu sangat indah. Mulai dari orang Kristen, orang Muslim, dan orang Hindu pun datang ke tempat ini.
Entah untuk berfoto, entah untuk mengenal sejarah, entah hanya untuk bersenda gurau menikmati keindahan tempat yang dikunjungi. Yang pasti kuil ini memang layak dijadikan salah satu tempat yang harus dikunjungi ketika singgah di Semarang. So, tunggu apalagi…
Cerita sedikit mengenai Sam Poo Kong. Tempat ini merupakan tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama Islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Tanda yang menunjukan sebagai bekas petilasan yang berciri keislamanan dengan ditemukannya tulisan berbunyi "Marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Qur'an".
Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Padahal laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim, tetapi oleh mereka di anggap dewa. Hal ini dapat dimaklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau menganggap orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan kepada mereka.
Nah, patung yang foto bersama kami di belakang merupakan patung dari Laksamana Cheng Ho. Dibawah ini patung Laksamana Cheng Ho lebih jelas.
Konon, setelah Ceng Ho meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang di tempat itu. Ceng Ho memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam. (dikutip dari Wikipedia)
Di belakang kami merupakan pintu masuk dan loket tiket untuk menikmati sejarahnya. Selain sebagai tempat sembayang, kalian juga bisa lebih dalam lagi mengenal sosok Cheng Ho dan sejarahnya. Itulah yang terpenting dalam sebuah perjalanan. Tapi, sayangnya kami tidak masuk ke dalam karena mengejar waktu sampai di Wonogiri. Jadi, mungkin next time kami akan singgah ke tempat ini lagi. Nantikan ceritanya ya...heheheh......
Ya itulah sedikit ulasan mengenai kuil Sam Poo Kong. Yang pasti jika kalian singgah di Kota Semarang, sempatkan waktu mengunjungi kuil ini karena kalian pasti menikmatinya, terutama bagi kalian yang sangat suka mengabadikan moment. Dijamin puas.