Akupunktur atau tusuk jarumadalah terapi alternatif/penyem buhan buat bermacam penyakit. Metode ini sangat terkenal dari beratus tahun lalu yang awalnya dari Korea. Tapi dari negara Ginseng ini pengobatan ini tidak berkembang. Yang mengembangkan adalah negara Tiongkok hingga sekarang sehingga banyak orang mengira bahwa ini berasal dari Tiongkok ( menurut keterangan dari akupunkturisku ).
Setahun yang lalu aku menderita stroke ringan. Kaki kiriku sangat berat sehingga tidak dapat diangkat, ga bisa jalan. Anakku manggil dokter ke rumah. Setelah periksa-periksa, check lab, dokter memberi resep obat. Dokter tanya, “Tante mau di cen ciu?” “Ya, dok” jawabku, karena aku sudah biasa dengan akupunktur. Ia juga memberiku injeksi neurobion di kakiku.
Ga cukup dengan dokter, anakku cari-cari akupunkturis ( shin she ). Hari ke-dua datanglah seorang memberikan terapi. Jadi tiap hari aku menjalani perawatan tusuk jarum dari dokter dan akupunkturis. Minggu ke-dua aku sudah bisa berdiri tegakdan menapakkan kaki. Selangkah-selangkat aku mulai jalan pake tongkat. Luar biasa. Tuhan sungguh baik, seru shin she ku. Berikutnya seminggu 2 kali aku di akupunktur sampe 2 bulan. 3 bulan sesudahnua aku sudah mulai kembali bekerja meski masih pake tongkat. Sekarang aku sudah meninggalkan tongkatku, meskipun jalanku masih goyang-goyang.Tapi sungguh, aku sudah bisa naik ke lantai 2 sendiri.
Sekarang banyak dokter yang mengikuti pelatihan akupunktur. Kata dokterku terapi ini sangat membantu pemulihan pasien stroke, bukan hanya memberikan obat pada pasien.
Di klinik langgananku, tiap hari yang antri berobat dari jam 6 pagisampai jam 12 ga berhenti-berhenti, pasien berjejer di ruang tunggu. Mereka mayoritas penderita stroke, yang pake tongkat, kursi roda atau yang dibopong. Dari usia yang masih muda sampai kakek nenek. Masalahnya kebanyakan dari pola makan.
Aku pernah baca, di AS pun akupunktur sudah banyak digunakan di rumah sakit-rumah sakit. Seorang ibu yang melahirkan melalui bedah caesar tanpa anaesthesi, secara sadar dapat ngobrol dengan dokternya selama operasi berlangsung. Di Indonesia penyembuhan seperti ini belum dianggap sebagai tindakan medis. Makanya biayanya tidak dicover, seperti berobatke Guntur Bumi.
Teman-temanku yang jahil pernah nanya ke provider kesehatan, kalau berobat ke mak Erot dicover ga? Kalau ga dicover artinya akupunktur sama dengan mak Erot atau Guntur Bumi, nya? Hihihi...... Absurd nian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H