Lihat ke Halaman Asli

“Bu, Mbok Aku Diambung...”

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lebih sepuluh tahun yang lalu. Aku sudah berhenti dari tempat kerjaku, tapi setiap bulan masih ketemuan sama teman-teman.

Aku punya teman kerja, kepala security. Kami sering membicarakan masalah pekerjaan, bagaimana menangani karyawan yang nakal, mengambil barang perusahan, mabuk pada jam kerja atau tidur. Biasanya karyawan laki-laki.

Pak Nardi pensiunan AD. Badannya gemuk, perutnya gendut.

Maklum demen makan dan tabu pantang.

Suatu hari aku dapat kabar bahwadia dirawat di RS karena sakit ginjal. Badannya jadi kurus, karena selama 3 bulan mengkonsumsi minuman kemasan sachet sehari 2 kali. Memang badannya turun drastis, dan langsung dapat penyakit berat.

Temanku bilang, “bu, pak Nardi di rumah sakit ketemu ibu.”

Akupun pergi sore harinya.

Sampai di RS banyak yang menjenguk, isteri dan anaknya serta teman-teman.

“Pak, ini ada ibu yang bapak kangeni”, kata Rita.

Dia membuka mata dan tersenyum senang.

Kupegang tangannya, dingin. “Kenapa to, pak?”

“Aku mau ngomong, bu.”

“Ya, ngomong aja.”

“mBok akudiambung to!”

“Eh, aneh-aneh aja. Ngopo sih?”

Temen-temenku pada senyum-senyum dan saling singgung.

Aku memeng akrab sama dia. Aku turuti maunya. Kucium pipinya kanan kiri.

“Wis to?” Ia tersenyum. Tak lama kamipun pulang.

Pagi berikutnya telponku berbunyi.

“O, Rita. Ya, Ta?”

“Pak Nardi meninggal tadi pagi jam 4, bu.”

“Lha? Innalilahi Wa Innalilahi Rojiun!”

O, rupanya itu permintaan terakhirnya. Wah, meninggal juga merem.

Selamat jalan pak Nardi. Beristirahatlah dalam damai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline