Awal tahun 2022 lalu, gua melakukan ritual self-reward dengan jalan-jalan. Yap, kali ini self-reward gua lakuin karena kebanggaan diri sudah bisa menabung sesuai target tanpa mengorek celengan. Kota yang gua pilih kali ini yaitu, Magelang.
H-10 hari keberangkatan, gua mencari tiket di traveloka dan kebanyakan disana harga tiket itu di atas Rp 100.000 dengan rute Bekasi-Yogyakarta. Tapi, pas liat di social media, ada orang yang dapat tiket kereta dibawah Rp 100.000 dengan rute Pasar Senen-Yogyakarta. Setelah di cari tapi gak dapet harga murah, akhirnya gua mencari tiket di tiket.com. Dengan keajaiban semesta, gua dapet tiket di harga Rp 76.000 rute Pasar Senen-Yogyakarta. Kereta pagi.
Jam 3 pagi gua bangun buat menyiapkan diri dari mulai mandi, makan, dan persiapan berkas hasil swab. Karena dapet kereta pagi banget, jadi mau gak mau sebelum subuh udah harus di jalan ke stasiun Pasar Senen. Sampai di Stasiun Pasar Senen, turun dari ojek langsung menuju ke mushola untuk sholat subuh.
Keluar mushola, dengan santai gua duduk di depan antrian panjang yang ternyata itu kereta gua. Maklum, biasa naik bus. Setelah sadar kalau itu kereta gua, akhirnya gua masuk antrian. Pukul 06.45 kereta diberangkatkan. Sembilan jam perjalanan gua tempuh dengan duduk di kursi tegak dengan tekstur yang keras. Cape.
Pukul 16.00 sampai stasiun Lempuyangan, gua di jemput temen gua yang kebetulan dia kuliah di Jogja. Makan sebentar sambil keliling Malioboro untuk melepas kangen. Jam 5 sore gua diantar ke terminal bus untuk meneruskan perjalanan ke Magelang.
Karena gua lihat terminal sepi, akhirnya gua nanya ke penjaga mushola untuk bus ke Magelang naik dari terminal berapa, dan beliau bilang bus tujuan Magelang sudah habis, semua sudah berangkat. Pasrah. Dan karena rasa penasaran gua terhadap suasana terminal, akhirnya gua mutusin keliling, dan yap, gua dapet bus tujuan Magelang. Seneng banget.
Perjalanan Yogyakarta-Magelang kurang lebih satu jam. Dan Seharusnya, gua turun di Terminal Magelang seperti instruksi teman gua. Tetapi karena memakai headset dan sibuk dengan drakor, terminalnya pun terlewat.
Gua turun di perbatasan Semarang. Teman gua untung sabar. Setelah ketemu, gua langsung di bawa ngebut ke rumahnya di Desa Lebag Grabag. Bergurau sambil memakan bekal dari ibu, mengenang masa lalu di pondok. Setelah lelah, kami pun tertidur.
Jam menunjuk pukul 04.00 pagi, kami bangun untuk menyaksikan sunrise di gunung Telomoyo. Hawa yang dingin menusuk kami taklukan pagi itu. Sekitar 40 menit perjalanan dari rumah, kami akhirnya sampai di Gunung Telomoyo. Sebelum menanjak naik, kami di minta uang untuk masuk sekitar Rp 15.000. Karena menanjaknya menggunakan motor, jadi kami tidak merasa lelah untuk sampai ke puncak. Indah sekali.
Gunung Telomoyo dengan hawa dingin yang luar biasa, hamparan awan yang luas, matahari yang mengintip dan perlahan penampakan Gunung Andong mulai terlihat. asli, ini keren banget. Mengabadikan momen sambil tertawa, menjadi cara kami menghabiskan waktu bersama di tengah lukisan semesta.