Lihat ke Halaman Asli

Rahayu Damanik

TERVERIFIKASI

Ibu Rumah Tangga

Kena Batunya, Hindari Sikap Jinak-jinak Merpati!

Diperbarui: 4 April 2017   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi- Lebih Baik Jujur Apa Adanya Daripada JJM (www.qlove.biz)"][/caption]Pernahkah Pembaca perhatikan burung merpati yang kelihatannya jinak dan mudah didekati, tetapi setelah didatangi ternyata terbang? Inilah tampaknya yang menjadi asal-usul peribahasa “jinak-jinak merpati” (jjm) yang ditujukan khususnya untuk wanita yang sebenarnya tertarik dan memberi harapan pada seorang pria yang mendekatinya namun karena suatu alasan, wanita tersebut seolah tidak mau langsung menerima cinta si cowok. Sang wanita sebenarnya sudah tertarik namun sengaja mengulur waktu demi menguji sejauh apa keteguhan hati si pria.

Hal ini berbeda dengan memberi harapan palsu (php). Harapan palsu diberikan pada orang lain yang berusaha mendekati padahal sebenarnya jelas-jelas tidak ada rasa tertarik dalam hati. Bedanya dengan jinak-jinak merpati, sang wanita yang didekati sebenarnya sudah tertarik namun agak ‘jual mahal’ karena berharap sang pria mengeluarkan usaha yang lebih dalam melakukan aksi pendekatan.

Saya memiliki seorang teman perempuan yang berprinsip kalau wanita, walaupun sudah menyukai cowok, namun saat ‘ditembak’ jangan langsung mau. Pura-pura tidak suka saja dan lihat apakah si cowok langsung menyerah. Bila sang pria langsung menyerah lupakan saja dia karena teman saya percaya kalau itu adalah bukti nyata kadar cinta si cowok tidak terlalu tinggi padanya.

Mengapa teman saya tersebut tidak mau menerima cowok yang gampang menyerah saat diberi tantangan lebih oleh sang wanita? Dia berpendapat kalau pria akan lebih menghargai sesuatu yang sulit dia dapatkan sehingga saat menjalani hubungan, cowok yang telah melewati proses berat akan lebih besar kasih sayangnya dan dijamin akan lebih setia. Benarkah demikian? Ternyata tidak. Apa yang terjadi? Pria yang ternyata sudah melewati proses awal yang cukup berat demi mendapatkan hati teman saya ternyata tidak bisa memegang komitmen dan akhirnya berpaling ke wanita lain. Artinya, proses awal yang berat tidak bisa menjamin hati seseorang akan tetap setia sampai akhirnya. Banyak faktor lain yang memengaruhi apakah seseorang bisa memegang janjinya atau tidak.

Jadi, menurut saya tidak perlu jinak-jinak merpati, kalau suka ya terima, kalau tidak suka sampaikan dengan jujur. Misalkan suatu saat menjadi suka padahal di awal tidak, lain lagi ceritanya, yang penting tidak melakukan jinak-jinak merpati. Lulus ujian awal tidak menjamin bagaimana hati seseorang untuk ke depannya karena yang terpenting adalah saat menjalani proses pacaran tersebut. Cowok yang tampaknya langsung menyerah di awal bukan selalu berarti karena dia tidak terlalu menyukai cewek, bisa juga karena dia sudah mengambil pelajaran kalau wanita sekali berkata tidak suka artinya benar tidak suka. Manalah dia tahu kalau ada juga perempuan yang melakukan strategi jjm. Jujur apa adanya lebih enak menjalaninya karena tidak semua cowok bisa mendefenisikan sikap jjm tadi. Lagipula kalau awal hubungan sudah ada kamuflase bagaimana berikutnya?

Saya pernah mengalaminya, maksud hati ingin melakukan jjm, eh si cowok ternyata mendefenisikannya sebagai sikap penolakan. Akhirnya jadilah, dia pun pergi dan kemudian jadian dengan cewek lain yang sudah lama menaruh hati padanya, gigit jari deh! Seperti kata orang bijak, awal memang penting tetapi akhirlah yang menentukan. Seorang yang dinilai baik di awal tidak menjamin akan terus bisa demikian sampai akhirnya. Alih-alih melakukan kamuflase yang sering membuat kita terkecoh, lebih baik bersikap apa adanya. Kejujuran membuat kita lebih objektif menilai apakah ada kecocokan antara dia dan kita. Selain itu, dia pun bisa lebih mudah menilai kita pure apa adanya dan terhindar dari pikiran merasa dipermainkan wanita. Menumbuhkan sikap apa adanya sejak awal menjalin hubungan cenderung lebih bisa menyelamatkan hubungan dari berbagai masalah yang timbul karena ketidakjujuran.

Salam,

Rahayu Damanik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline