[caption caption="Ilustrasi-Bantaeng Berhasil Menjadi Kota Juara (Kompasiana)"][/caption]Kompasianival 2015 menghadirkan seorang pembicara yang luar biasa bernama Nurdin Abdullah. Beliau adalah Bupati Bantaeng, sebuah kabupaten kecil yang berada di Sulawesi Selatan. Jarak dari kota Makassar ke Bantaeng sekitar 125 km ke arah selatan. Bantaeng adalah sebuah kabupaten dengan luas 395,83 km² memiliki 8 kecamatan dengan jumlah penduduk tahun 2006 sebanyak 170.057 jiwa. Nurdin Abullah menjabat Bupati Bantaeng sejak Agustus 2008 hingga 15 Agustus 2013. Profesor bidang agrikultur ini kembali memimpin Bantaeng setelah berhasil memenangkan pilkada pada April tahun 2013 dengan total suara 82,71 %.
Banyak yang tidak pernah mendengar Kabupaten Bantaeng karena memang dulunya termasuk daerah tertinggal. Sebelum beliau menjabat, Bantaeng sering dilanda banjir dan daerahnya gersang. Saking sering terjadi banjir, anak-anak Bantaeng terbiasa berenang dalam kubangan air. Tingkat kematian anak saat ibu melahirkan juga sangat tinggi karena pelayanan kesehatan yang buruk.
Berkat tekad sang Bupati membangun dengan sepenuh hati, maka kini Bantaeng telah mengalami banyak kemajuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, dan pelayanan masyarakat. Sistem drainase kini sudah berfungsi dengan baik. Pasar tradisional Lambocca di Bantaeng juga dibenahi menjadi pasar dengan Standar Nasional Indonesia yang memiliki fasilitas pendukung seperti mushola, tempat ibu menyusui, smoking area, dan lain sebagainya.
Pak Nurdin Abdullah sangat menyadari kalau pejabat adalah pelayan rakyat. Keyakinan inilah yang membuat beliau berupaya memanjakan masyarakat Bantaeng dengan memberi kemudahan dalam perolehan pelayanan kesehatan. Demi memberi pelayanan yang maksimal, Nurdin Abdullah menyediakan armada ambulans keliling yang memiliki fasilitas setara UGD. Masyarakat yang sakit cukup menelpon call center 113 dan dalam hitungan menit, mobil ambulans lengkap dengan dokter serta perawat akan tiba di rumah calon pasien. Hebatnya, pelayanan ambulans mobile ini berjalan selama 24 jam non stop dan semua pelayanan diberikan gratis.
Sebagai wujud kecintaan terhadap anak kecil, Nurdin Abdullah membangun kolam renang standar Olimpiade dengan harga tiket hanya seribu Rupiah. Beliau berharap anak-anak tidak lagi berenang di air kotor sehingga kesehatan mereka lebih terjamin. Saat ini jalanan di daerah Bantaeng nyaris tidak berlubang bahkan kotanya sangat bersih dan tertata rapi. Sulit ditemukan sampah bertebaran apalagi sampai menumpuk. Hal tersebut bisa terjadi karena selain ditunjang petugas kebersihan juga disebabkan adanya kesadaran masyarakan tentang pentingnya menjaga kebersihan fasilitas umum. Bantaeng juga berhasil mengolah hasil pertanian untuk diekspor ke berbagai negara. Angka kematian ibu melahirkan pun bisa ditekan menjadi nol persen. Kabupaten yang dulunya dipandang sebelah mata, kini berubah menjadi kota mentereng dan berhasil menjadi kota juara oleh karena adanya seorang pemimpin yang berprinsip melayani.
[caption caption="Ilustrasi-Nurdin Abdullah Hadir di Kompasianival 2015 (Kompas.com)"]
[/caption]
Tidak banyak pemimpin berkualitas dan memiliki semangat yang tinggi dalam membangun daerahnya. Bayangkan seandainya semua pejabat memiliki tanggung jawab seperti ini, betapa majunya perekonomian di Indonesia. Itulah sebabnya penulis yang menghadiri Kompasianival 2015 penasaran bertanya langsung kepada beliau tentang apa yang mendasari atau memotivasi beliau sehingga mampu menangani Bantaeng dengan sepenuh hati. Penulis juga menanyakan tentang bagaimana cara orang tua sang bupati dulunya mendidik beliau sehingga bisa tumbuh menjadi seorang pejabat negeri yang peduli kepada rakyat.
Pak Nurdin Abdullah menjelaskan bahwa beliau adalah anak seorang tentara yang dididik dengan disiplin. Beliau yang lulusan Jepang dan sempat tinggal lama di Jepang ini sangat prihatin dengan keadaan masyarakat Indonesia pada umumnya. Bila dicermati, Jepang dengan sumber daya alam terbatas justru tingkat perekonomian masyarakatnya sangat baik dan berhasil menjadi negara pengekspor ke berbagai negara di penjuru dunia. Indonesia diberkati dengan kekayaan alam melimpah namun banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kesejahteraan. Hati beliau tergerak karena melihat banyaknya anak-anak Bantaeng yang kekurangan gizi, tinggal di lingkungan kotor, dan tidak mampu menikmati fasilitas kesehatan. Bila seperti ini, anak-anak tidak akan bisa menjadi generasi penerus yang berkualitas. Hal inilah yang menggugah hati seorang Nurdin Abudllah.
Demikianlah rahasia keberhasilan seorang Bupati Bantaeng yang berani mengambil tekad untuk melayani rakyat. Para pemimpin daerah seharusnya sadar telah diberi kepercayaan untuk mengelola sumber daya lokal demi melayani dan mensejahterakan rakyat. Alih-alih melayani, penguasa sekarang banyak yang haus dilayani sehingga gagal mencari solusi bagi kesejahteraan masyarakat. Sebaiknya masyarakat sekarang lebih teliti dalam memilih. Pilihlah pemimpin yang mau melayani dan yang tidak sudi menjadi pelayan sebaiknya jangan memimpin karena keberhasilan seorang pemimpin tidak ditentukan dari seberapa banyak jumlah bawahannya namun ditentukan oleh seberapa banyak masyarakat yang telah dia layani. Adakah Bapak/Ibu yang ingin berbagi? Thanks for share.
Salam,
Rahayu Setiawati Damanik