Lihat ke Halaman Asli

Tergantung Niat

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa bulan yang lalu, saya pergi ke pasar kebayoran lama membeli jamu godogan yang memang rutin saya lakukan hampir tiap bulan. Dan pada saat yang bersamaan saya juga membeli hio wangi ( dupa ) di tempat lain tentunya. Ketika sedang berbincang-bincang dengan ibu pemilik toko jamu, seorang pembeli lainnya melihat hio wangi yang saya bawa. Lalu dia bertanya untuk apa hio itu? Saya menjawab untuk mengharumkan ruangan. Dia berkata bahwa menurut orang-orang membakar hio bertujuan untuk mengundang setan atau jin atau mahluk halus lainnya. Saya memberikan pandangan bahwa itu tergantung niat, bila membakar hio dengan niat mengundang mahluk halus, maka mahluk2 itu akan datang. Dia kemudian berkata bahwa niat adanya di hati dan orang tidak tahu. Saya pun berkata memang demikian, yang bersangkutanlah yang mengetahui apa niat dibalik setiap perbuatan dan tak perlu memusingkan perkiraan orang lain mengenai yang kita lakukan. Bila memang perbuatan kita dilandasi niat yang baik, maka go ahead. Dan percakapan pun berakhir. Dalam perjalanan ke rumah, saya merenung mengenai apa yang saya ucapkan pada orang itu. Semua tergantung pada niat seperti yang termaktub dalam sebuah hadist: setiap amal perbuatan tergantung niatnya. Terimakasih wahai Keberadaan telah mengingatkan saya mengenai hal yang paling utama, yakni sebuah niat. Have a lovely day everybody...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline