Lihat ke Halaman Asli

Setitik Rasa dan Sejuta Maaf

Diperbarui: 31 Mei 2024   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc-pri via FB Mbak Lily

Setitik Rasa dan Sejuta Maaf

Chapter  1 

Kesialan Beruntun

Mentari bersinar menyinari gelapnya pagi. Suara Ayam jantan berkokoh memecahkan keheningan setelah adzan. Seperti biasanya Ghea akan mengerjakan rutinitas pagi, membangunkan sang adik bungsu yang masih berada di bangku kuliah. Ganendra, sang adik selalu saja susah bangun pagi. Ghea harus mencak-mencak setiap pagi membangunkan sang adik agar ia tak terlambat mengikuti kuliah paginya.

"Bangun, Gan! Iki jam piro, mau telat lagi kamu kaya kemarin?"

Ganendra justru menarik selimut dan menutup kedua telinganya agar tak mendengar suara Ghea yang menggelegar.

Kepalang tanggung, akhirnya Ghea mlipir keluar kamar adiknya dan berjalan ke dapur. Ia mengambil ember dan diisinya dengan air.

"Byurrrrrrrrr."

Ganendra gelagapan. Tanpa ba bi bu, ia bangkit dari ranjang luas tempat ternyamannya untuk meringkuk tersebut.

"Kalau lain kali kamu ngebo, jangan harap kamu hanya dapat air bersih, air bekas cucian juga akan Mbak siramkan ke wajahmu, supaya nggak ngebo saja kerjamu!"

Ganendra melangkah keluar kamarnya. Ia berjalan ke kamar mandi dengan lunglai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline