Lihat ke Halaman Asli

157). Kadang Lebih Baik Mengalah Daripada Memenangkan Sebuah Kemenangan

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_108639" align="aligncenter" width="300" caption="Dicari penantang baru nih anak! Sombong banget lu Cucak? Biarin!(google gambar) "][/caption]

(Teori Kemenangan Ala Cucak)

..Anak saya Dea tersentak ketika Andre lawan mainnya tiba-tiba menghempas biji catur di hadapan mereka. Dari terpana sebentar, Dea berlalu dari situ sembari menyisakan ucapan: “Dre, kamu kalau sulit menerima kekalahan, bilang kek dari tadi. Supaya skornya tidak kubuat setelak ini.”

..Score tiga kosong. Sebuah prestasi hobby baru Dea yang coba mulai menggeluti catur; setelah puas pintar main rubik, trampil kutak katik computer, pernah tangkas main tennis meja. Dengan Andre dia jadi punya teman sparring. Mulai dari adu cekatan bolak-balikkan rubik. Sering Dea kalah, kadang seri, terakhir kebanyakan menang. Puas dengan mata melek, Dea berlatih dengan mata tertutup. Karena tidak mampu lagi mengimbangi permainan Dea, Andre diam-diam beralih ke catur. Dea menyusul kemudian setelah di rubik tak ada lagi penantang serta hal baru yang menarik(main rubik tutup hidung, apa?). Dan kejadian tadi status terakhir kemampuan Dea mempecundangi kepintaran Andre yang katanya sering main dan menang melawan pecatur senior di warung kopi.

..“Seperti yang papa bilang, tak usah mencari kemenangan kalau Dea bisa melatihnya dengan cara sedikit berbeda.” Nasehatku memberi saran.

..“Jadi Dea harus mengalah?” Dea coba membantah.

..“Tidak juga. Atur saja kemenangan itu dengan tidak membuat dia kalah telak. Karena yang penting setelah itu Dea masih punya lawan main yang bersemangat.”

..Seperti tennis meja, Dea berlalu dari hobby itu dan permainan tersebut sekarang sepi setelah dia tidak punya lawan main hanya karena beberapa petenis dia kalahkan dengan telak.

..“Kamu kan bisa mengalah dengan melatih pukulan-pukulan yang sulit, atau bermain kidal misalnya!” ujarku ketika waktu itu melihat dia lesu tak lagi punya teman bermain.

..“Nanti mereka merasa disepelekan, bagaimana?” Dea berkilah.

. .“Jangan kau nampakkan dengan sikap. Latih saja pukulan-pukulan yang sulit itu dengan sungguh-sungguh, padahal seringkali meleset dan itu kesempatan mereka menambah point.” Saranku kayak seorang pelatih saja. Haha, dengan Dea aku sendiri kesulitan mencari menang bermain tennis tersebut.

..Kembali ke soal catur dengan kejadian nyelekit di atas.

..Jadi besok-besok kau biarkan Andre memakan biji caturmu dan melatih diri dengan formasi catur yang kalah banyak hanya untuk memberikan dia kesempatan menang dari kekalahan telak. Kalau perlu lawan dia dengan tangan kiri. Hahaha, memang pegang bads tennis meja, apa? Mulai lagi kamu Cucak.

..By: Di Timur Cucak

* NB: Selagi merampungkan catatan ini, lagi-lagi dia tak mendengar nasehatku. Dea mengalahkan kakaknya telak  4 - 0 . Kejadian yang sama terulang: bukan biji catur, kakaknya Dea menghempaskan diri dan kekalahannya di sofa kursi bantal. Tak mau lagi bermain. Sekalian dengan kamu Cucak! Kau harus mencari cara lain untuk didengar nasehatmu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline