Lihat ke Halaman Asli

132) Refleksi: "Jangan Dulu Panggil Saya Om Dan Pak!"

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13031348261712603632

(Catatan Bawaan Dari Refleksi Sebelumnya)

[caption id="attachment_101548" align="aligncenter" width="300" caption="He mau ke mana? Selesaikan dulu tugas(perkembangan)nya sini (google gambar)"][/caption]

. . .Hidup kadang tidak seindah yang kita idamkan. Ada  rasa minder dan tidak klop ketika kita dituntut dan ditempatkan berpikir, bersikap, dan berperilaku layaknya orang yang sudah matang(dewasa), kita justru merasa mentok dan mentah dalam banyak hal. Dipanggil Om dan Pak, saya merasa harus mempertanggungjawabkan sikap ketidakdewasaan, kekurangpengalaman dan ketidakkonsistenan saya selama dan sejauh ini.

. . .Ada masa yang hilang dalam realita hidup ini, tatkala apa yang baik-baik hanya sebatas angan, ide , dan konsep. Lalu pertanyaan itu muncul: ada di mana dan ke mana saya di masa itu. Akan saya jawab nanti dalam goresan tulisan-tulisan saya kemudian.

. . .Jangan panggil saya Om dan Pak. Panggil dulu saya: Mas, sembari mengejar ketertinggalan itu.

. . .Terserah kalau mau dipanggil perak atau perunggu, atau kalau ada yang lebih kurang dari itu. Becande hehehe. Kayak medali saja. Boleh juga, medali(status) bergilir dalam proses mencapai kedewasaan.

. . .Satunya pikiran, kata, dan perbuatan adalah sesuatu yang sangat diharapkan (ideal). Kita hanya sedang berusaha menjadi seperti itu. Silakan yang lain lebih

[caption id="attachment_101549" align="alignright" width="300" caption="Di mana tempat kududuk, di situ bumi tak sempat kupijak (google gambar)"][/caption] dulu dari saya.

. . . .By : Fajrin




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline