POKTAN TANI MANUNGGAL MENGGORAN BLEBERAN PLAYEN PANEN KAPAS LAHAN KERINGPLAYEN (Kamis,6/08/2020). Para petani dan poktan di Gunungkidul selalu berusaha bagaimana caranya mensiasati iklim kering di wilayahnya agar tetap bisa berusaha tani yang menguntungkan, sehingga menambah kesejahteraan mereka.
Seperti halnya beberapa poktan di Playen yaitu poktan Tani Manunggal, Menggoran , Bleberan, Playen dan poktan AGRA , Ngleri, Playen mereka pada musim tanam kedua mengusahakan budidaya tanaman kapas yang ditanam tumpangsari dengan jagung dan kacang tanah.
Pada Kamis (6/08/2020) kedua poktan menyelenggarakan panen raya kapas dengan mengundang Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Istimewa Yogyakarta serta Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul.
Hadir pada kesempatan panen raya kapas di Poktan Tani Manunggal, Menggoran, Bleberan, Playen Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Ir.Bambang Wisnu Broto, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Ir. Ika Hartanti, BPP Playen dan para Penyuluh Pertanian, Babinkantibmas Bleberan, Poktan Tani Manunggal dan anggotanya, pendamping PT Sukun.
Rohmadi Ketua Poktan Tani Manunggal melaporkan tahun ini mereka mengusahakan tanaman seluas 4 Ha yang tersebar di beberapa petak milik petani. Hasil kapas tahun 2020 ini termasuk bagus sehingga para petani sangat senang, karena didukung iklim curah hujan yang mencukupi untuk tanaman kapas sampai berbunga.
Tahun 2017, 2018, dan 2019 curah hujan kurang sehingga kapas kurang berhasil. Pola budidaya yang diusahakan adalah tumpangsari kapas dengan jagung dan kacang tanah. Hasil untuk satu hektar lahan dengan sistem tumpangsari didapat 1 ton pipil kering jagung, 0,5 ton wose kacang tanah dan kapas didapat 1 ton.
Dengan pola tumpangsari ini tanaman kapas tidak mengurangi populasi jagung dan kacang tanah yang ditanam, sehingga kapas akan memberikan tambahan pendapatan Rp 5.300.000,- per hektarnya dengan perhitungan harga kapas Rp 5.300 per kilogram. Total pendapatan petani dari jagung, kacang tanah dan kapas bisa mencapai Rp 21 juta per hektar pada musim tanam kedua.
Suatu hasil yang lumayan mengingat kapas diusahakan di lahan yang sangat tergantung curah hujan.Suwarno petugas pendamping kapas dari PT Sukuntex berharap petani menanam kapas setelah musim pertama panen sekitar bulan Febuari akhir atau awal Maret agar kapas tidak tertinggal hujan saat pembungaan, dan akan berhasil panen.
Di tempat terpisah Maryati Ketua Poktan Agra memberikan alasan kenapa dirinya dan para petani senang menanam kapas karena di musim kemarau petani masih bisa menerima hasil, selain itu juga ada kepastian akan pemasaran hasil kapas sehingga petani lebih memilih komoditas yang langsung laku. Untuk kedepan poktan Agra menginginkan pengembangan kapas seluas 10 Ha.
Kedua poktan juga berharap akan bantuan infrastruktur air berupa perpiaan karena sudah ada sumber air di sekitar lahan, sehingga nantinya akan lebih menjamin keberhasilan usaha taninya baik kapas maupun hortikultura.Kepala Bidang Perkebunan DPKP DIY Ir. Ika Hartanti menjelaskan bahwa di Gunungkidul dikembangkan kapas lahan kering tumpangsari dengan palawija seluas 115 Ha tersebar di Kapanewon Semanu, Karangmojo, Playen, Tanjungsari dan Ponjong.
Kegiatan pengembangan kapas berkerja sama dengan PT Sukuntex dari Kudus dalam hal pemasaran hasil kapas. Harga yang disepakati petani dan PT Sukuntex sebesar Rp 5.300 per kilogram. Sedangkan kegiatan pengembangan kapas dibiayai oleh Kementerian Pertanian untuk pembelian saprodi dan bimbingan teknis. Benih kapas menggunakan varietas Kanesia.