NGAWEN (Rabu,2/07/2020). Sadimin (47) petani dan peternak dari Banteng Wareng, Tancep, Ngawen siang itu tengah beristirahat Ketika DPP beranjangsana ke tempat usahanya. Lahan yang lumayan luas di rumahnya disulap menjadi kandang bebek dan kebun sayur.
Total populasi bebek yang dipelihara ada 500 ekor, terbagi di 4 petak yang tersambung. Dulu kandang bebeknya tidak sebagus sekarang, masih terbuat dari bambu namun seiring kemajuan usahanya kandang kandang bebek telah ditingkatkan mutunya dengan baja ringan/galvalum. Selain untuk budidaya bebek petelor sisa lahan yang ada diusahakan untuk berkebun sayur dengan polybag, serta budidaya lele dalam kolam kolam kecil di pinggir kebun sayur.
Dirinya berpikir kolam kolam kecil di pinggir kebun juga dapat untuk menampung hujan sehingga bisa mensuplai kebutuhan air sayuran, disamping tentunya panen lele. Untuk sayur yang dibudidayakan dia pilih yang bernilai jual seperti terong, kol, sawi, dan cabe serta daun bawang.
Ditanya tentang pendapatan dari produksi telor bebek, Sadimin menjelaskan bahwa produksi setiap harinya mencapai 70% dari total populasi atau sekitar 350 butir telor bebek setiap harinya. Harga per butirnya antara Rp 1.600 sd Rp. 1.900 tergantung besar kecilnya telor. Selama ini telor telor bebek tersebut sudah ada yang menampung.
Perhitungan keuntungannya sehari dia membutuhkan konsentrat dan bekatul sejumlah Rp. 400.000,- per harinya untuk populasi bebek 500 ekor, sehingga jika penjualan telor mencapai Rp. 665.000,- maka keuntungan dari telor dia dapatkan Rp. 265.000,- per hari, bersih.
Sebulan akan mendapatkan pendapatan sekitar Rp 7.950.000,- bersih. Untuk budidaya bebek mulai produksi telor sejak umur 6 bulan dan produksi telor kurang lebih berlangsung hingga 2 tahun. Itu belum termasuk hasil panen lele, dan sayuran yang dia panen. Dalam praktek sehari hari kotoran bebek dia tampung dan diolah dengan fermentasi menjadi pupuk untuk sayurannya, sehingga dirinya tidak perlu lagi beli pupuk untuk sayuran.
Sedangkan jumlah lele yang dia taruh di kolam kecilnya antara 100 sd 150 ekor bibit lele. Apa yang sudah diusahakannya cukup untuk menghidupi diri dan keluarganya tidak perlu merantau keluar kampung meski lahan yang dimiliki terbatas dan termasuk lahan kering. Di tempat yang sama Ir.Bambang Wisnu Broto Ka DPP sangat mengapresiasi usaha pak Sadimin, yang bisa menjadi insipirasi bagi petani maupun kelompok tani yang lain dalam hal kemandirian berusaha tani.
Dirinya berharap kelompok wanita tani dapat berkunjung ke kelompok atau perseorangan yang telah berhasil memberdayakan pekarangan seperti pak Sadimin. Sehingga program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dapat berkembang, dan meningkatkan pendapatan anggotanya selain menambah ketahanan pangan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H