Teknologi memiliki peran penting bagi upaya Beijing dan Washington dalam memperebutkan pengaruh di kawasan Indo-Pasifik. Oleh karena itu, negara di kawasan Indo-Pasifik memiliki peran sentral untuk membantu negara-negara Asia lainnya mengembangkan sektor teknologi tinggi mereka, terutama yang terkait dengan digital.
Kasus Indonesia dan Vietnam, dimana inisiatif Tiongkok dan Amerika bersaing, memberikan sebuah jendela menuju pertarungan berkelanjutan untuk membentuk masa depan digital dan memenangkan pertarungan hati dan pikiran.
Pemerintahan Joe Biden mengidentifikasi Tiongkok sebagai satu-satunya pesaing yang berpotensi mampu menggabungkan kekuatan ekonomi, diplomatik, militer, dan teknologi untuk menghadapi tantangan berkelanjutan terhadap sistem internasional yang stabil dan terbuka.
Dalam komunitas kebijakan Washington, terdapat konsensus bipartisan bahwa satu-satunya tantangan terpenting yang dihadapi Amerika Serikat dalam tatanan internasional abad ke-21 adalah kebangkitan Tiongkok. Oleh karena itu, kecil kemungkinannya hubungan AS-Tiongkok akan kembali ke status quo sebelum pemerintahan Donald Trump.
Apakah kepemimpinan Xi secara khusus menghadirkan tantangan struktural terhadap sistem internasional liberal yang dipimpin AS masih menjadi pertanyaan terbuka, namun sudah diterima secara luas bahwa kebangkitan kekuatan ekonomi dan militer Tiongkok, serta kecepatan kemajuan teknologi, sangat berdampak pada setiap negara besar.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar bagi sekutu dan mitra AS di Indo-Pasifik, karena hal ini menentukan arah hubungan mereka dengan AS dan Tiongkok saat ini dan di masa depan. Apakah negara-negara ini, khususnya negara tetangga Tiongkok, juga menganggap kebangkitan Tiongkok sendiri sebagai ancaman besar terhadap kepentingan nasional mereka? Atau apakah mereka menganggap meningkatnya ketegangan AS-Tiongkok sebagai ancaman utama?
Rupanya, beberapa negara di Asia cenderung memandang ketegangan AS-Tiongkok sebagai tantangan utama dibandingkan dengan kebangkitan Tiongkok sendiri. Mengejutkan bahwa kesenjangan yang jelas dalam pandangan Barat mengenai kebangkitan Tiongkok belum sepenuhnya diakui dan menjadi atensi dalam komunitas kebijakan Internasional.
Setiap negara memiliki keputusan kebijakan luar negerinya sendiri. Tergantung apa dan yang dianggapnya sebagai ancaman utama pada keamanan nasional. Hal tersebut tegantung pada cara masingpmasing negara terhadap ancaman tersebut. Hasilnya tentu akan berbeda.
Pertama, penting untuk dipahami bahwa negara-negara Asia memiliki pendekatan dan asumsi yang berbeda mengenai persaingan AS-Tiongkok dan kebangkitan Tiongkok, bergantung pada perhitungan keamanan nasional mereka. Kedua, mengidentifikasi wilayah-wilayah utama di mana negara-negara Asia mempunyai pendekatan yang berbeda terhadap Tiongkok dengan pendekatan AS akan membantu menjembatani kesenjangan antara AS dan negara-negara Asia dalam hal memahami tanggapan kebijakan mereka terhadap persaingan AS-Tiongkok.
Dalam memahami bagaimana negara-negara Asia menggunakan kebijakan yang berbeda menyikapi kebangkitan Tiongkok, penting juga untuk memahami bahwa karakteristik kebijakan luar negeri AS terhadap hubunganya dengan Tiongkok telah berubah dari mitra strategis . Secara khusus AS dan Tiongkok akan berpisah dalam bidang teknologi maju dan baru, karena masing-masing negara berupaya untuk mandiri atau tidak bergantung satu dengan yang lain.