Lihat ke Halaman Asli

Mengungkap Keindahan Butta Toa (Bagian-2)

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12959288701966324854

Alam dan kebudayaan di Sulawesi Selatan ini memang indah. Seperti keindahan alam dan keunikan budaya masyarakat Bonthain atau Bantayan atau yang saat ini dikenal dengan sebutan Bantaeng. Satu dari 24 kabupaten kota yang ada di Sulsel ini terbilang unik, dan menarik untuk ditelusuri. [caption id="attachment_85563" align="alignleft" width="300" caption="Kuburan diatas bukit ditepi pantai di kawasan pantai Marina Korong Batu Bantaeng"][/caption] Dengan luas wilayah hanya 539,83 kilometer persegi serta 8 kecamatan dan 46 desa yang ada didalamnya. Bantaeng muncul kepermukaan sebagai kabupaten dengan alam yang tertata rapi dan penguatan budaya yang melekat. Bantaeng juga merupakan satu-satunya daerah di Sulsel yang bisa menggabungkan tiga unsur alam, daratan, pegunungan dan lautan dalam satu wilayah. Ibu Kota Bantaeng tepat berada didepan pantai yang lautnya berbatasan langsung dengan perairan Flores, dibelakangnya ada daratan yang sebelah barat berbatasan dengan Jeneponto, sebelah timur dengan Bulukumba dan diutara Bantaeng berbatasan langsung dengan Kabupaten Gowa. Dengan iklim tropis basah, Butta Toa, julukan Bantaeng mendapatkan keuntungan lebih. Keinginan menjadikan daerah ini sebagai pusat agro wisata dimasa yang akan datang cukup besar. "Kita punya alam, kita punya sarana, kenapa tidak, iklim pun mendukung," tutur HM Nurdin Abdillah, Bupati Bantaeng yang mencetuskan harapan tersebut. Selain kekayaan alam yang melimpah, kebudayaan dan adat istiadat di Bantaeng pun menarik. Rumah adat yang jumlahnya lebih dari satu, masjid tua yang dibangun sejak 1887 hingga keterbukaan warganya menerima perbedaan cukup tinggi. Di Bantaeng, setiap tahun baru China masyarakatnya merayakan dengan meriah, ini membuktikan masyarakat Bantaeng punya pertautan darah dengan masyarakat Tionghoa. [caption id="attachment_85564" align="alignright" width="300" caption="Kebun Jagung sepanjang jalan menuju puncak Loka"]

1295928959459685313

[/caption] Di daerah pengunungan pun, penduduknya memiliki wajah yang hampir mirip dengan orang Tionghoa. Bahkan sering kali masyarakat tersebut dinobatkan sebagai masyarakat pecinaan Bantaeng. Sejarah panjang masyarakat Tionghoa di Bantaeng cukup panjang, namun saat ini masyarakat pribumi dengan Tionghoa telah berbaur tanpa ada sekat yang memisahkan. Sikap toleransi bermasyarakat di Bantaeng memang tinggi. Ketika menginjakkan kaki di Bantaeng, pilihan objek wisata yang siap didatangi pun menunggu. Untuk wisata alam, Bantaeng memiliki permandian alam Eremerasa, Air Terjung Bissappu, pantai Marina Korong Batu, Pantai Selatan dan Taman bermain anak, serta kawasan Loka Camp dan Outbound. Wisata budaya dan sejarah, Bantaeng menyediakan Rumah Adat Balla Lompoa, Balla Tujua di Onto, Masjid Tua Tompong, Makam Raja-raja La Tenri Ruwa, Gua Batu Ejayya dan Makam Datuk Pakkallimbungan. Sementera untuk wisata agro terpadu, di sana kita bisa mengunjungi kawasan perkebunan jeruk, kopi dan pertanian holtikultura sayuran. Sementara tahap pembangunan saat ini, kawasan perkebunan strowberry dan apel yang hasilnya bisa petik kurung waktu lima tahun yang akan datanng. Bagi wisatawan yang berkunjung ke Bantaeng juga bisa melakukan penanaman langsung pohon apel di kawasan Gunung Loka yang memang khusus disediakan untuk taman wisata agro. Selain tempat-tempat tersebut, disana juga memiliki agenda tahunan. Seperti saat merayakan hari jadinya, akan ada banyak kegiatan yang dilakukan. Perayaan pesta adat pa'jukukkang bagi masyarakat pesisir serta tari Paolle dan tari Paddekko yang biasanya dilakukan saat upacara appainung karaeng atau pencucian benda pusaka. Walau masih terbatas pada fasilitas seperti hotel dan penginapan lainnya, namun kedepan setelah selesainya pemetaan kawasan pesisir yang ditimbun. Bantaeng akan membangun satu hotel berbintang tiga yang siap menampung semua tamu dan wisatawan yang datang berkunjung. Saat ini di sana baru ada lima hotel dan penginapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline