Revolusi Kuba, yang dimulai pada tahun 1953 dan mencapai puncaknya pada 1 Januari 1959, merupakan salah satu peristiwa paling signifikan dalam sejarah Amerika Latin. Artikel ini, dengan segala keterbatasannya mencoba untuk mempelajarinya.
Sebelum revolusi, sistem ekonomi Kuba didominasi oleh model latifundia, di mana sebagian besar lahan pertanian dikuasai oleh segelintir tuan tanah besar dan modal asing, terutama dari Amerika Serikat.
Perekonomian Kuba di masa rezim Fulgencio Batista didominasi oleh ekspor gula, tembakau, dan kopi. Dunia Pendidikan yang berorientasi pada bisnis, menciptakan angka buta huruf yang sangat ekstrim mencapai 76%.
Sekira 75% dari tanah pertanian utama dimiliki oleh perusahaan asing, dan 73% tanah pertanian hanya dikuasai oleh 9,4% tuan tanah. 90% petani kecil hanya memiliki akses terhadap 26% lahan yang tersisa.
Kondisi ini menciptakan kesenjangan sosial yang tajam dan memicu gejolak sosial di kalangan rakyat.
Revolusi ini tidak hanya menggulingkan pemerintahan diktator Fulgencio Batista, tetapi juga mengubah arah sosial, politik, dan ekonomi Kuba secara mendalam.
Latar Belakang Revolusi
Sebelum revolusi, Kuba berada di bawah pemerintahan Batista yang otoriter. Kebijakan-kebijakan Batista sering kali menindas rakyat dan menguntungkan segelintir elit.
Ketidakpuasan terhadap pemerintahan ini memicu berbagai gerakan oposisi, termasuk Gerakan 26 Juli yang dipimpin oleh Fidel Castro dan Che Guevara.
Pada tanggal 26 Juli 1953, Castro dan para pemberontak melancarkan serangan ke Barak Moncada di Santiago de Cuba, meskipun serangan tersebut gagal.