Lihat ke Halaman Asli

Cerita Buba

Ceritanya Bubu dan Baba, di sela-sela kepadatan aktivitas

Jatuh Bangun Aku dengan KAI Commuter

Diperbarui: 31 Agustus 2023   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : antaranews.com

Sepatah Kata

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jika membahas tentang KAI Commuter maka Cerita Buba punya segelondong pengalaman dan cerita tentang nya khususnya Baba, kehadiran KAI Commuter seakan sudah melekat di jiwa dalam keseharian Baba karena menjadi transportasi utama dalam bepergian ke rumah ke "dua" nya Baba alias kantor tercinta nya, selain lebih efektif dari segi waktu, ekonomis pula dari segi finansial, yang menjadi pilihan akhir nan mutlak bagi Baba.

Sumber : kompas.com

Perkenalan Baba dengan menggunakan KAI bisa dibilang sudah cukup lama, mulai dari kelas 2 SD yang saat itu KAI ada kelas "Ekonomi" nya Baba sudah menggunakan jasa KAI di Stasiun Bogor untuk berkunjung ke rumah teman sekolahnya dulu yang berdomisili di Bojong Gede sampai Citayam, dan saat Baba kira hubungan nya dengan KAI sudah kandas ternyata takdir berkata lain karena saat Baba lulus SMA dan melanjutkan kuliah di "Sebelah" Kampus Depok hubungannya dengan KAI yang tadinya sudah mulai usang kembali terjalin dan bahkan lebih harmonis karena Baba bepergian menggunakan KAI hampir setiap harinya semasa kuliah, masih teringat jelas kejadian-kejadian yang unik namun bisa di bilang "biasa" saat itu berikut Point-point nya sudah Baba rangkum menjadi beberapa point dengan versi Cerita Buba.

  • Berdesak-desakan dengan para penumpang KAI Ekonomi.

sumber : commuterline.com

Kai Commuter sudah dikenal dengan penumpangnya yang beragam, Pengguna kereta di kala itu isinya lebih beragam dari sekarang ada penumpang, pedagang, pengemis, pengamen sampai-sampai pencopet pun ada setiap harinya, keadaan di sana saat itu sangat campur aduk suara bising kereta bercampur dengan genjrengan pengamen, rintihan para pengemis "minta makan" penjual buah yang bolak-balik di setiap gerbong nya dan di bumbui dengan aroma khas setiap penumpangnya menjadi rasa tersendiri yang tiada duanya jika diingat kembali saat ini, dan ketika penumpang di dalam kereta sudah tak terbendung lagi maka Baba di paksa untuk menjadi penumpang "Bonek" (Bondo Nekat) yaitu istilah penumpang naik dan duduk di atas kereta pun menjadi solusinya dan menjadi pengalaman yang kelam yang tak terlupakan namun Baba sangat tidak bangga dan tidak akan Baba lakukan kembali karena itu SANGAT BERBAHAYA.

  • Kereta Express yang me "Legenda"

Sumber : Wikipedia

Selalu menjadi impian Baba saat menunggu kereta untuk berangkat kuliah dulu agar bisa naik kereta "Pakuan Express"(Kereta Express koridor Bogor - Jakarta)  karena kereta ini sangat spesial dan tentunya dengan harga yang spesial pula mahalnya, kereta Express ini hanya berhenti di beberapa stasiun saja seperti stasiun Gambir dan Kota, para penumpang pun dimanjakan dengan fasilitas AC, bangku yang empuk dan nyaman yang saat itu sepertinya sudah di desain agar para penumpangnya Enggan berdiri.

Dan pastinya anti berdesakan sehingga kehadiran kereta Express ini seolah menjadi anomali bagi para penumpang kelas Ekonomi yang membedakan si kaya dan si miskin bagaikan bumi dan langit dimana kereta kelas ekonomi dengan fasilitas kipas angin yang sering mati dan jangankan duduk, bisa berdiri nyaman dan bahkan bisa masuk kedalam kereta dengan aman saja sudah "Alhamdulillah", selalu terngiang oleh Baba rasa kecewa disaat menunggu kereta untuk pulang dan mendengar pemberitahuan oleh bagian informasi kereta express ini lewat dan bahkan sampai dua kali berturut-turut yang pastinya membuat kereta ekonomi setelahnya "Overload" dan seperti memaksa Baba untuk menjadi penumpang "Bonek".

  • Istilah "abu pak" selalu terdengar di setiap harinya

sumber : news.detik.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline