Lihat ke Halaman Asli

Falsafah Satu Tubuh: Sebuah Renungan tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Diperbarui: 3 Agustus 2015   03:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Nu’mân bin Basyîr, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal bagaimana mereka saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila ada sebagian dari tubuhnya yang sedang sakit, maka bagian tubuh yang lain turut merasakannya, sehingga membuatnya tidak bisa tidur dan demam”. (HR. Muslim)

Itulah falsafah SATU TUBUH yang diajarkan Rasulullah SAW.

Jangan hanya peduli ketika tubuh kita sendiri yang sakit, lantas abai bila orang lain yang sakit. Orang lain itu adalah saudara kita, dia SATU TUBUH dengan kita. Bila saudara kita sakit, kita pun merasakan deritanya, karena kita adalah SATU TUBUH.

Demikianlah, ketika ada saudara kita yang sakit, mengapa kita biarkan dia menanggung sendiri biaya pengobatannya?
Bukankah sangat baik bila seluruh umat bergotong-royong menanggung bersama biaya pengobatannya?

Tentu saja, itu sudah sering kita lakukan. Kadang-kadang di medsos beredar kabar sakitnya seseorang, kemudian beramai-ramai orang yang simpati menyalurkan sumbangan. Tapi cara sporadis seperti itu tidak efektif. Kadangkala seseorang mendapat infak dari umat dalam jumlah berlebihan, karena kasusnya mendapat sorotan luas di media. Tapi sebaliknya ada juga yang kurang mendapat bantuan, karena kondisinya kurang banyak diketahui orang.

Alangkah baiknya bila seluruh umat, bersama-sama menginfakkan sebagian hartanya sejumlah tertentu, SECARA RUTIN, untuk membentuk dana amanat bersama, tanpa menunggu kabar adanya saudara yang sakit.
Dana amanat bersama tsb, bisa digunakan kapan saja untuk membantu siapa saja anggota umat yang terkena musibah.

Untuk kelancaran penyaluran bantuan tsb, baiklah dibentuk amil (badan pengelola) yang digaji selayaknya.

Cara seperti itu biasa kami lakukan ketika masih sekolah/kuliah dulu. Ketua kelas mengumpulkan uang urunan tiap bulan, dipegang oleh bendahara kelas. Tiap ada siswa yang sakit, diambillah sebagian dari dana tsb sebagai tali asih. Tidak ada yg berpikir untung-rugi atau menang-kalah dalam pengumpulan dana tsb, karena semangatnya adalah: gotong-royong dan tolong-menolong.

Begitulah, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada dasarnya adalah urunan bersama dari umat yang tergerak untuk ikut bergotong-royong sebagai SATU TUBUH, untuk menanggung bersama biaya pengobatan saudara-saudara yang sakit.

Dana amanat bersama itu dikelola oleh amil, yang disebut BPJS Kesehatan.

Jangan niat berjudi ketika masuk menjadi peserta BPJS. Jangan berniat untung-untungan dengan pikiran "Siapa tahu kapan-kapan saya sakit". Sakit bukanlah 'keuntungan' walaupun pengobatanmu dibayari orang lain, dan sehat bukanlah kerugian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline