Lihat ke Halaman Asli

Rachmat PY

TERVERIFIKASI

Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

Dramaturgi Politik dalam Novel Prasa & Kelir Karya Yon Bayu Wahyono

Diperbarui: 14 November 2023   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel PRASA dan KELIR karya Yon Bayu Wahyono. DOKPRI

"... isu pelanggaran HAM dalam kontek politik hanya sebatas buih yang hilang begitu saja manakala kepentingan politik si 'peniup terompetnya' sudah terpenuhi."  

Satu kalimat yang kukutip dari orasi pertanggungjawaban penulis novel Prasa "Operasi Tanpa Nama" (selanjutnya kusebut Prasa saja), karya Yon Bayu Wahyono di atas menggambarkan tentang perdebatan HAM/ Hak Asasi Manusia, sebagai napas ide terciptanya novel yang diluncurkan pada Minggu 29 Oktober 2023 lalu itu.

Sengaja mengutip bagian isu politik yang diangkat dalam novel, mengingat aku mengenal penulisnya lekat dengan label penulis tema politik pada masa aktif di kompasiana. Kompasiana Award pada tahun 2017 yang diraihnya dari Kompasiana, mengukuhkan 'legitimasi' itu.  

Dua novel karya yang diluncurkan itu, sarat isu. Bukan hanya politik, namun juga isu seperti kemanusiaan, spiritual Jawa dan romansa.

Setelah membaca 2 novelnya Prasa & Kelir, nampaknya sang penulis lekat dengan sisi napas politik dalam karya fiksinya. Dan itulah alasan utama, terciptanya "dongeng politik" yang diresahkannya dan tertuang dalam novel-novel itu.

Isu politik tersebut berkelindan dengan isu lain, yang diangkat seperti spiritual Jawa lekat pada novel Kelir. Dimana banyak bercerita tentang agama asli Jawa, yakni agama Budi, Kapitayan, Kejawen. Bercerita tentang Sabdopalon dan Nayagenggong, panglima masa Kerajaan Majaphit masa Brawijaya V atau Bhre Kertabumi yang menolak memeluk agama Abrahamik atau agama samawi.

Disinggung Sabdopalon dan Nayagenggong sebagai personifikasi Semar,  sosok yang dikenal selama ini sebagai sosok mitologi. Aku pernah baca, di beberapa kalangan, sosok Semar ini dipercaya merupakan "manusia langit", manusia pilihan. Pertanggungjawaban benar/ tidaknya, tentu butuh penelusuran mendalam.  

Betewe bagi yang belum tahu, menulis novel/ fiksi bukan sesuatu yang baru bagi Yon Bayu, karena sudah dilakukan bertahun lampau selepas dari wartawan.

Oleh karenanya, perlulah aku ucapin selamat atas peluncuran 2 novel terbitan Teras Budaya Jakarta ini. Salut! Luar biasa, bagiku yang tak cukup kuat, stabil menjaga energi dalam menulis panjang "berbab-bab" seperti novel. 

Kalau cerpen, puisi seeh ayoo heheee seperti masa 8-10 tahun dulu bikin banyak buku fiksi keroyokan bareng komunitas Fiksiana Community di Kompasiana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline