"Udah sering kami kasih tau, agar gak buang sampah di hutan, tapi yaaa.... gini " kata Kang Mamat.
Sembari memungut sampah bekas kemasan plastik minuman, kantong plastik dan kemasan mie instan, pria berperawakan sedang itu, mengumpulkan sampah plastik dan menyatukan di satu tempat.
Kang Mamat adalah pemandu dari Paseban Fly Resort, Sukabumi yang mengantarkan rombongan kami, dari Komunistas Traveler Kompasiana (Koteka) menuju Curug Cibeureum, Sukabumi pada Minggu 29 Januari 2023 lalu.
Hiking ke salah satu curug terbesar di Sukabumi itu, melintasi hutan di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, (TNGGP) Sukabumi.
Hutan yang asri dan indah. Seperti halnya destinasi lain di Indonesia, seperti yang sudah kukunjungi. Pulau Padar, Labuan Bajo, Kopeng Jawa Tengah, Lembang Bandung, Kaliurang Jogjakarta, keindahan danau alam Danau Toba, Geopark Ciletuh Sukabumi dan masih banyak lagi. Benar-benar Indonesia itu kaya destinasi wisata. Itu sebabnya aku bangga berwisata di Indonesia.
Aku lihat ada spanduk dan papan tulisan di beberapa titik yang berbunyi larangan membuang sampah di hutan itu.
Nyatanya, di pos 3 yakni pos terakhir (ada 3 pos) sebelum lokasi curug Cibeureum, aku lihat plastik pembungkus dan botol plastik kemasan minuman tersebar diantara dedauanan kering.
Sedih sebenarnya. Perilaku membuang sampah sembarangan, seperti di hutan sangat tinggi. Kenapa?
Habit membuang sampah sembarangan atau "nyampah" seperti danggap "lumrah".
Berkembang menjadi kebiasaan yang kompromistis. Meski jelas, larangan nyampah sudah diberlakukan, namun seringkali lemah dari sisi sanksinya.