World Health Organization (WHO) menyatakan pneumonia sebagai pembunuh balita tertinggi di dunia.
Ada yang menarik saat aku turut dalam acara yang digelar Save The Children (STC) bertema "Stop Pneumonia Pada Anak" di lapangan Museum Fatahilah Kota Tua Jakarta pada Minggu 18 Agustus 2019 lalu.
Gelaran itu adalah kegiatan "Kampanye Stop Pneumonia Pada Anak" dengan tujuan mengajak semua komponen masyarakat melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit Pneumonia.
Yang menarik adalah kalimat di atas tuh, "World Health Organization (WHO) menyatakan pneumonia sebagai pembunuh balita tertinggi di dunia."
Itu fakta yang diungkapkan di acara dengan narasumber kompeten di bidang keseahatan. Ada Dr. Erna Mulati MSc. CMFM, Direktur Kesehatan Keluarga, Direktorat Jenderal Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI. Dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular P2PM.
Tak ketinggalan Bayu Oktara sebagai Ayah ASI dan seorang artis dan Selina Patta Sumbung, Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save The Children.
Fakta itu diperkuat informasi dari Selina Patta Sumbung, yang menyatakan bahwa Pneumonia merupakan pembunuh utama anak di bawah usia lima tahun di dunia. Angka itu lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak.
Tak heran pneumonia menempati peringkat 1 dunia. Di tingkat nasional, pneumonia menempati peringat 2 setelah penyakit diare. Mengerikan bukan?
Itulah sebabnya Save The Children gencar melakukan kampanye STOP Pneumonia tak lain adalah karena tingginya angka kematian balita akibat pneumonia.
Sebagai gambaran lebih jelas tentang fakta mengerikan pneumonia, menurut Kementerian Kesehatan dari 9 juta kematian balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia. Itu sama dengan setiap menit ada 4 balita yang meninggal.