Terbang 'Selamanya', Selamat, Aman dan Nyaman menjadi target yang harus dipenuhi Garuda Indonesia sebagai maskapai kredibel berkelas internasional. Untuk mewujudkan itu, Garuda Indonesia menggodok segenap crew pesawatnya agar mempunyai kemampuan standar tinggi sesuai aturan internasional.
Garuda Indonesia Training Center (GITC) pun didirikan dan menjadi kawah Candradimuka untuk melahirkan crew pesawat yang mumpuni. Di GITC yang berlokasi di Cengkareng, Jakarta Barat itu, para pramugari/ flight attendant, pilot dicetak menjadi crew pesawat yang professional. Melayani penumpangnya, memberi kenyamanan dan menjamin keselamatan di segala musibah, baik di darat ataupun di laut.
Dalam aturan internasional, waktu 90 detik adalah waktu krusial saat musibah menimpa pesawat. Waktu yang sangat singkat, yang dimiliki para penumpang untuk berpeluang selamat. Dan itu menjadi tantangan flight attendant yang harus bisa dilakukan. Tidak bisa tidak!
Jessica dan Tantangan 90 Detik
Awalnya wanita itu kupikir dari negeri tirai bambu, Tiongkok yang sedang mengikuti masa pendidikan pramugari di GITC. Matanya sipit, kulitnya kuning cerah, paras mukanya berbinar di sela basah air yang menyapu wajah dan rambut hitamnya. Cantik. Dia berdiri di barisan ujung kiri dari beberapa pramugari selepas uji coba penyelamatan di air di arena simulasi ruang gedung F, GITC, kawasan Cengkareng, Jakarta Barat pada Kamis, 5 April 2018.
Keramahan dan murah senyumnya itu yang membuatku berani untuk mendekatinya, bermaksud mengajak ngobrol. Apalagi dia sempat melihatku, dengan senyumnya. Duh. Hihihii.
"Jessica," katanya menjawab pertanyaan namanya dariku, saat acara Blogtrip Kompasiana mengunjungi GITC Jakarta Barat, pada Kamis 5 April 2018.
Oopps, aku salah. Dia bukan dari Tiongkok, tapi dari Bangka. Jessica sedang mengikuti pendidikan "flight attendant" di GITC sekitar 3 bulan. Jessica bercerita pengalamannya selama mengikuti pendidikan dan pelatihan "flight attendant". Materi pembelajaran tentang air craft meliputi, Service, Security dan Safety.
"Pembelajarannya tidak hanya di kelas, kita juga melakukan praktik seperti ini (penyelamatan di air). Juga mencoba melakukan table manner dengan baik. Semuanya harus lulus dengan baik," kata Jessica yang sempat mengenyam bangku perkuliahan di Universitas Bunda Mulia, Jakarta sampai semester 6 hingga memutuskan 'stop' setelah lolos mendaftar "flight attendant" di Garuda Indonesia.
Selain materi pembelajaran tersebut, Jessica dan teman-teman calon pramugari lainnya dilatih juga soal kekompakan tim. Itu karena pramugari adalah bagian dari kerja tim. Jadi setelah diterjunkan di dunia penerbangan mampu bekerja kompak dalam tim.
"Kita saat fly training, dibagi tugas berdua atau bertiga satu angkatan, belum dilepas sendiri. Juga didampingi senior. Kita harus mampu kompak,"kata gadis lulusan SMKN 42 Cengkareng, Jakarta Barat ini.