SAHABAT masa kecil? Pastinya punya. Bahkan saking dekatnya sejak Sekolah Dasar sampai SMA kelas 1, kami terus duduk sebangku!
Aku panggil saja Nugroho/ Nug. Itu akhiran namanya. Nug ini sahabat sejak masih usia TK karena memang rumah gak terlalu jauh. Cuman kita memang gak sekolah di TK, waktu itu TK jauuuh dari rumah.
Hingga kemudian, kami terpaksa harus pindah rumah karena desa kami menjadi proyek bendungan air. Jadi diharuskan pindah. Aku belum paham berapa ganti rugi tanah kelahiranku itu. Masih kecil, kelas 1 SD.
Teman-teman ikut pindah orangtuanya yang tak sedikit ikut program transmigrasi pemerintah. Orangtuaku gak ikut transmigrasi, pasalnya sudah menyiapkan rumah masih di Kabupaten yang sama, cuman beda kecamatan. Tempat tinggal yang baru ini lebih tinggi lokasinya. Dan merupakan tanah hasil buka lahan hutan. Ini yang ditempati orangtuaku sampai sekarang.
Dan bukan kebetulan, orangtua Nug juga pindah di lokasi yang sama. Cuman kita beda RW. Oiya, Nug ini hanya tinggal dengan ibunya. Anak semata wayang. Ibunya cerai tak lama setelah pindah rumah.
Di SD yang baru aku duduk satu meja. Pindahan kelas 1 dari SD yang lama. Dan uniknya, ini yang masih teringat jelas, kami selalu memilih di bangku nomor tiga deretan meja guru. Itu posisi yang kami pilih hingga SMA. Persis sama di situ. Aku ga tau apa alasannya yaa. Senang saja. Mungkin biar bisa sembunyi dibalik kepala teman di bangku no 1 dan 2 saat ngantuk hahaaa.
Nug yang berbadan cukup besar untuk usia kami, sangat melindungi aku yang berbadan kecil. Pernah suatu ketika aku dipukul teman lain gegara soal sepakbola. Wajahku kena gampar karena bersorak kegirangan saat teman berhasil masukin bola. Gol. Dan aku yang sedang posisi dekat dia, sebagai kipper, yaaa otomotis kegirangan. Ehhh kena pukul kipper yang mungkin kesal.
Dan tak dinyana, Nug langsung ‘gingkang’, kakiknya menendang badan kipper itu. Membalas pukulannya ke aku. Terjengkanglah sang kipper. Sambil dibilang jangan macam-macam ke aku, Nug beri satu bogem mentah hingga kipper bibirnya pecah beradarah. Untung saja kawan lain melerai. Kalau tidak? Tak taulah.
Masuk di SMP Negeri, beruntung masih satu kelas. Sebangku lagi deh. Dan bangkunya? No 3 deretan meja guru!!
Di SMP ini aku termasuk siswa yang moncer, yaaa dari kelas 1 sampai kelas 3, dari 3 kelas yang ada, masuk 10 besar terus dari total 3 kelas yang ada. Pernah sih masuk rangking 2 saat kelas 1.
Nah aku sering membantu Nug soal pelajaran. Menggarap PR bareng, dan belajar bersama. Posisi rumah kami yang tetanggan RW memudahkan kami tiap hari bertemu, belajar dan maen bersama.