Tim Nusantara Sehat Belakang Padang. (Ganendra)
BAGIAN 3 SERI: “BERGAYUT NOSTALGIA, MEREKAM JEJAK NUSANTARA SEHAT DI TAPAL BATAS BARAT”
*
“Kita seringkali mengukur segala hal dari tempat kita berdiri, padahal sejauh dan sedalam apa pun kita berjalan di Republik ini, kita senantiasa berjarak sama dengan Indonesia.”
Cuplikan quote dari materi Bu Diah S Saminarsih yang disampaikan pada Jumat (22/4/2016) di hadapan peserta kunjungan Kemenkes RI bareng media dan Blogger ke pulau terluar bagian barat Indonesia, Pulau Belakang Padang Batam itu, membuatku tercenung. Merenungi, seberapa pun jauh di pinggiran tanah air saudara kita berada, seberapa pelosok rumah-rumah kediaman saudara berdiri, kita sebangsa dan setanah nusa. Jarak bukan masalah dalam pertalian satu negeri, bernama Indonesia. Dan aku merasa, itulah salah satu alasan, mengapa program layanan kesehatan Nusantara Sehat dicanangkan pemerintah.
Mungkin aku dan kita sulit untuk merasakannya, namun aku yakin kawan-kawan seperti Pijar Liendar, Jemris Mikael Atadena, Paras Mita Sari, Sri Purnamawati, Yulianti Nataya Rame Kana tim nakes Nusantara Sehat di Pulau Belakang Padang mampu menghayatinya. Hal yang aku yakin, dirasakan sama oleh tim Nusantara Sehat lainnya, seperti Putri Nirmala dan kawan-kawannya di Long Pahanghai, Kalimantan Timur, juga Nesya Ardella Simamora, Susilowati Hamzah, Nur Anisaplus rekan-rekan nakesnya di perbatasan ufuk timur nusantara, Kampung Kombut, Boven Digoel, Papua yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini.
Ki-ka: Jemris, Sri Purnamawati, Paras Mita, Yuli, Pijar. (Ganendra)
Mereka, para generasi muda, beda dan bertenaga. Mengikhlaskan 2 tahun masa usia untuk sesuatu yang berharga di lokasi yang jauh dari tanah keluarga. Menyeberangi laut untuk mengabdikan keahlian layanan kesehatan pada orang-orang yang bahkan tak dikenal sebelumnya. Bukan sesuatu yang mudah, tapi mereka telah memutuskan melakukannya, turut andil mewujudkan akses kesehatan yang baik bagi saudara sebangsa setanah air di pinggiran negeri. Mereka sadar, mereka penting berada di sana.
*
JUMAT, 22 April 2016, langit di atas Pelabuhan Sekupang, Batam cerah saat aku dan tim Kemenkes RI tiba pagi itu. Pelabuhan yang menghubungkan ke pulau-pulau hinterland di sekitar Pulau Batam, juga menghubungkan ke negeri tetangga, Singapura. Dari pelabuhan yang tak cukup besar inilah, kami akan menyeberang menuju Pulau Belakang Padang, tempat nakes Tim Nusantara Sehat bertugas di sana.
Pelabuhan ini tak asing bagiku. Dulu sering lewat pelabuhan ini saat berkepentingan ke Pulau Karimun, pulau vital ketiga di Provinsi Kepulauan Riau, yang langsung terhubung ke Pulau Kundur dan lainnya. Banyak perahu, kapal dengan bervariasi ukuran yang dapat digunakan. Untuk menjangkau Pulau Belakang Padang menggunakan beragam perahu atau disebut pompong. Ukurannya juga beragam. Muat puluhan orang. Dan karena rombongan kami cukup besar, maka dua ‘perahu’ bermesin motor menjadi pilihannya. Terlihat banyak perahu tertambat. Transportasi laut berjalan cukup ramai di pelabuhan ini, menandakan ada geliat perekonomian masyarakatnya.
Badan perahu kayu memiliki bangku-bangku berbaris. Masing-masing berbeda muatan barisnya. Ada yang tiga orang, ada yang empat orang sesuai dengan posisi lebar lambung perahu. Beratap terpal untuk menahan panas dan hujan. Sederhana namun fungsional. Bergoyang-goyang saat kaki menginjak bagian dalam perahu. Perlu mempertahankan keseimbangan, agar tak jatuh.