Lihat ke Halaman Asli

Rachmat PY

TERVERIFIKASI

Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

Batuk-batuk, Awas Tuberkulosis!

Diperbarui: 24 Maret 2016   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tema Global Hari TB Sedunia, Unite To End TB. (foto: www.paho.org)"][/caption]“Gejala utama Tuberkulosis adalah batuk-batuk lebih dari 2-3 minggu.” (Dr. Telly Kamelia, SpPD, KP, Divisi Pulmonologi-Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM)

SERINGKALI kita menganggap hal biasa saat sedang mengalami batuk ataupun bersin. Bahkan menyepelekan, menganggap bahwa sifatnya sementara dan akan sembuh dengan sendirinya. Bisa jadi iya, bisa jadi juga tidak. Hal yang paling bijak adalah tetap untuk memperhatikan, siapa tahu itu gejala suatu penyakit. Cek medis menjadi pilihan yang dianjurkan. Bukankah mendeteksi sedini mungkin lebih baik?

Pasalnya batuk berkaitan erat dengan gejala penyakit Tuberkulosis. Jangan dipandang remeh, jika tak ditangani dengan benar, bisa berakibat fatal, kematian. Soo… mewaspadai adalah pilihan terbaik. Ingat kesehatan mahal harganya!

Lalu apa itu Tuberkulosis? Bagaimana gejalanya? Dan bagaimana cara mengenali penyakit yang kuman penyebabnya diumumkan oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882 ini?

Data dan Fakta Tentang Tuberkulosis

Tuberkulosis (Selanjutnya disingkat TB), sering dikenal masyarakat dengan sebutan TBC. Dikenal sebagai penyakit menular melalui udara. Data dari Balitbang Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa di Indonesia saat ini diperkirakan ada 1 juta orang terkena TB setiap tahunnya. Sebuah angka yang bukan kecil.  Faktanya ada sekitar 324.000 kasus, dapat ditemukan dan diobati. Ada kesenjangan sekitar 676.000 kasus dan merupakan sumber penularan di lingkungannya.  Ini yang mesti diwaspadai. Lalu mengapa kasus TB cukup signifikan terjadi di masyarakat?

Sebuah fakta yang cukup mengejutkan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku warga masyarakat dalam angka prosentase menyebutkan bahwa ada 22% orang tidak mengetahui dengan benar tentang gejala TB. 27% orang tidak mengetahui bahwa penyakit TB dapat disembuhkan. 81% orang tidak mengetahui bahwa obat-obatan TB gratis. Data dari  Balitbang Kementerian Kesehatan RI itu, menyiratkan bahwa titik rawan masyarakat terjangkit TB potensial sekali akan meningkat terus, jika tidak dilakukan upaya-upaya penanggulangannya.

Menjadi sebuah tantangan besar bagi pemerintah khususnya dan tentu saja bagi kita bersama. Meski Program Pengendalian TB yang digalakkan pemerintah telah melakukan perluasan layanan TB, jika masih ada masyarakat yang belum paham tentang risiko TBB dan dimana bisa mendapatkan layanan berkualitas dan obat TB secara gratis, tentu akan menjadi kendala.

Apa itu Tuberkulosis?

Tentang penyakit yang bersifat menular ini, dijelaskan secara gamblang oleh Dr. Asik Surya MPPM, Ditjen P2P Kemenkes RI dan Dr. Telly Kamelia, SpPD, KP, Divisi Pulmonologi-Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM, saat menjadi narasumber di acara workshop memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia di Balitbang Kemenkes Jalan Percetakan Negara, No.29, Jakarta Pusat, Selasa (22/3/2016). Hari Tuberkulosis Sedunia diperingati setiap 24 Maret. Asal usul tanggal tersebut dipilih menjadi peringatan Hari TB Sedunia berkaitan dengan diumumkannya untuk pertama kalinya kuman penyebab TB oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882 silam. Untuk  tahun ini tema globalnya adalah Unite To End TB. Sedangkan tema nasional adalah"Gerakan Keluarga Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis," melalui gerakan Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSSTB).

[caption caption="Dr. Asik Surya MPPM, Ditjen P2P Kemenkes RI. (FOTO GANENDRA)"]

[/caption]Dr. Asik menjelaskan bahwa tuberkulosis merupakan penyakit menular yang berpotensi menjadi serius yang terutama mempengaruhi paru-paru. Disebabkan oleh kuman TB, Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui tetesan kecil yang dilepaskan ke udara melalui batuk dan bersin. Mycobacterium tuberculosis TB dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif 15-50 tahun bahkan anak-anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline