Lihat ke Halaman Asli

Rachmat PY

TERVERIFIKASI

Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

Menghapus Stigma ‘Momok Menyebalkan' Asuransi

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1428993532481900911


Sebenarnya, soal asuransi sih bagi saya sudah bukan hal yang baru lagi. Sudah lama mengenal asurasi sejak masa sekolah. Pasalnya orangtua saya yang PNS telah mengikuti asurasi untuk pendidikan anak-anaknya di sebuah perusahaan asuransi yang cukup ternama di daerah. Tentu waktu itu saya tak terlalu tau dan ga mau tahu soal asuransi itu.


Hingga kemudian saat sudah bekerja, saya punya pengalaman soal asuransi. Jujur sebelumnya sudah lama ditawarin ikut jadi nasabah asuransi dari rekan kerja, kenalan, maupun kawan lama yang berjumpa kembali. Stigma miring soal asuransi yang sering terdengar, awalnya membuatku menggelengkan kepala saat menjawab penawaran mereka. Sudah banyak sekali. Hingga pada suatu ketika saya ‘terpaksa' menganggukkan kepala saat ditawari ikut asuransi dari adik rekan kerja waktu di Batam, medio 2007. Terpaksa? Iya. Jujur saja awalnya karena risih ditawari terus menerus dan tak enak hati sama teman. Salut juga dengan agen-agen asuransi yang tak kenal menyerah menawarkan asuransinya hehee.


Kesadaran untuk berasuransi belum tergambar di benak saya, waktu itu. Saya lebih memilih investasi daripada membayar premi asuransi. Namun seiring waktu, saya semakin merasakan keuntungan berasuransi. Hingga berujung pada asuransi lainnya, yakni asuransi mobil saat membeli mobil meski dengan cara kredit/ angsuran. Secara nyata saya merasakan saat terkena musibah. Mobil saya pada 2013 hilang dalam sebuah aksi kejahatan pencurian. ‘Masih beruntung' mobil telah diasuransikan.

Pendek kata saya berhasil mencairkan klaim maksimal kepada pihak asuaransi meski memakan waktu untuk urusan proseduralnya. Ya, asuransi memproteksi hal-hal/ kejadian-kejadian tak terprediksi yang menimpa kita di masa depan. Istilahnya asuransi buat "jaga-jaga". Siapa yang bisa tahu, kalau kita akan tertimpa musibah? Siapa yanga tahu ternyata mobil bisa hilang dicuri?

[caption id="attachment_360687" align="aligncenter" width="600" caption="Tanda pemblokiran STNK saat mengurus persyaratan asuransi. (Foto Ganendra)"]

1428993574681866806

[/caption]


Intinya saya mendapat beberapa pengalaman berharga soal asuransi. Dan mungkin banyak di benak orang yang kurang atau belum menyadari tentang arti pentingnya asuransi. Bahkan asuransi yang begitu bermanfaat saat memproteksi hal-hal ataupun peristiwa musibah yang tak terprediksi, malah sebaliknya menjadi momok menyebalkan. Momok menyebalkan yang membuat malas berasuransi. Namanya juga belum menyadari jadi susah juga yaaa.


Nah berikut ini alasan-alasan menurut saya, mengapa asuransi menjadi stigma yang memberatkan atau menjadi momok menyebalkan bagi sebagian orang.


Uangku Hangus!


"Ah sudah bayar premi, tapi ga dapat apa-apa," begitu yang terlintas di benak banyak orang. Memang untuk asuransi, jika tidak terjadi pengajuan klaim asuransi, maka kita ‘berasa' uang kita hangus. Agak berbeda sedikit dengan asuransi berbasis syariah, dimana premi kita berlaku system subsidi silang. Artinya digunakan untuk membayar klaim nasabah lainnya. Wajar sih namanya juga premi untuk berjaga-jaga dari segala kemungkinan yang tak terprediksi. Sooo... akhirnya banyak yang memilih menyisihkan dana untuk investasi. lagi-lagi perhitungan dari sisi keuntungan semata. Keuntungan yang lebih kongkret dilihat. Hemat saya, memang perlu untuk lebih digerakkan soal kesadaran menjaga ‘dana' yang lebih menguntungkan di masa depan. Jika investasi bisa rugi dan pencairan dana yang butuh waktu lama, maka asuransi menjadi pilihan tepat untuk berjaga-jaga saat butuh dana saat momen-momen tertentu.


Males, Klaimnya Ribet!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline