Lihat ke Halaman Asli

Rachmat PY

TERVERIFIKASI

Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

Tampil Pede, Tak Mati Gaya ala Kispray

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14191810662029051139

[caption id="attachment_342585" align="aligncenter" width="580" caption="Dokpri"][/caption]

Siapapun pasti pernah mengalami rasa rendah diri karena penampilan. Saat itu terjadi seakan diri sendiri menjadi ‘kecil' di lingkungan tempat berinteraksi social. Bagaikan dunia runtuh karena kita menjadi ‘mati gaya' karenanya. Percaya diri kita menguap entah kemana.

Bayangin saja, saat lupa menggunakan parfum mungkin karena habis, atau pakaian yang dipakai lusuh berkerut, sementara rapat di kantor dengan Bos ataupun tamu, bagaimana jadinya?

Terus saat itu mesti berdekatan kursi dengan orang-orang terhormat di kantor anda. Apa jadinya?

Bisa saya bayangkan kita akan menjadi rikuh dan tak nyaman dengan kondisi diri sendiri yang ‘kacau balau'. Kacaunya lagi hal itu terjadi karena kecerobohan diri sendiri yang semestinya tak boleh terjadi. Resah. Konsentrasi buyar. Begini salah begitu salah. ‘Salting' alias salah tingkah. Bicara pun jadi canggung dan rasanya tak nyaman menghadapi orang di hadapan kita.

Itu terjadi pada saya saat menjadi tenaga pengajar di Batam dulu. Gara-gara parfum habis dan tak siap dengan minyak wangi lainnya, akhirnya berefek pada runtuhnya rasa percaya diri. Bagaimana tidak, si hadapan mahasiswa beragam profesi yang mayoritas perempuan badan tak sedap karena aktivitas. Ujung-ujungnya, yaa jadi tak berani mendekat ke barisan bangku. Cukup menjaga jarak dengan selalu di depan kelas. Benar-benar mati gaya saya. Rasanya pengen ditelan bumi saja dan menghilang!

Ternyata di jaman yang serba ‘gaul' ini parfum ataupun minyak wangi sudah menjadi kebutuhan primer di kehidupan sehari-hari saat ini. Hal itu dimaksudkan menunjang penampilan agar lebih percaya diri. Bukankah kalau aroma tubuh wangi akan menyenangkan diri sendiri dan orang lain? Bayangkan jika tubuh tercium tak sedap, apalagi bagi pekerja yang berinteraksi social setiap harinya. Pasti butuh rasa percaya diri untuk membangun ‘kewibawaan diri' agar bangga terhadap diri sendiri. Kebanggan itu akan mendatangkan rasa percaya diri alias ‘Pede'.

Lantas bagaimana membangun percaya diri dalam diri kita?

Saya pikir setiap orang tidak boleh acuh tak acuh ataupun mengabaikan orang lain. Peduli adalah sikap menghormati orang lain.  Jadi, sangat penting kita memperhatikan segala sesuatu berkaitan dengan ‘performa' kita sebagai individu makhluk sosial.

Sebagai orang Jawa, saya tak asing dengan filosofi Jawa yang berbunyi "Ajining diri soko lathi, ajining sariro soko busono". Kedua filosofi ini masing-masing mempunyai makna mulia berkaitan dengan penampilan dalam dan luar kita sebagai individu.

Ajining diri soko lathi, mengandung pengertian bahwa setiap orang itu dihargai dan dihormati karena lidahnya. Menjaga tutur kata dengan berbicara benar, dapat dipercaya dan tidak berlebihan. Berbicara meruapakan bentuk dari perwujudan hati. Hati yang baik tentunya akan menjaga tutur katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline