Halo manteman #TavelerMadyanger, jumpa lagi kita di channel video saya. Kali ini saya mau sharing video tentang warisan budaya di Tasikmalaya.
Saya ketemu dengan budaya Sunda ini saat pameran "Bicara Wastra" Colours of Cultures Festival yang digelar di Taman Fatahillah Jakarta. Apa ada yang ke sana?
Saya datang pada Sabtu 4 Oktober 2024 lalu. Saya mampir di stand Provinsi Jawa Barat, yang menyuguhkan para pengrajin dari Tasikmalaya, yakni kerajinan payung bernama Payung Geulis.
Biasanya lihat payung-payung cantik gini dipasang sebagai aksesoris di caf-caf atau acara-acara/ event. Karena aku orang Jawa, maka lebih mengenal budaya Jawa.
Baru lihat kali pertama proses melukis payung khas Tasikmalaya, Jawa Barat yang disebut Payung Geulis. Lihatnya saat saya datang acara #ColoursOfCulturesFestival di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta, Sabtu 4 Oktober 2024 siang.
Payung ini bisa terbuat dari kain atau kertas. Tapi payung-payung yang sedang dipamerkan pada acara #BicaraWastra yang dilukis Kang Eri Aksa bersama kawan-kawannya dari Sanggar Kinanti, Tasikmalaya ini terbuat dari kain satin.
Fungsinya tidak hanya digunakan sebagai pelindung dari terik matahari atau hujan, tetapi juga sebagai simbol keanggunan dan keindahan.
Ngulik-ulik literasi sejarahnya, ternyata Payung Geulis memiliki sejarah panjang. Konon, payung ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang pangeran bernama Raden Suria Kusumah pada abad ke-18. Pangeran ini adalah seorang pemuda yang sangat mencintai seni dan keindahan.
Untuk pembuatan satu payung Geulis, membutuhkan sinergi/ kerja sama 7 orang. Masing-masing memiliki peran tersendiri, seperti membuat gagang payung, membuat rangka, memasang kain satin sampai proses melukisnya.