Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Jadi Penumpang Commuterline, Tenggang Rasa dong

Diperbarui: 21 Agustus 2024   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penumpang Commuterline Jabodetabek (Dok. Kompas/ KAI Commuter)

Rasa naik Commuterline itu, campur aduk "nano-nano". Ada rasa manis haru saat terlihat fragmen empati, kepedulian antar penumpang. Kali lain, ada rasa pahit, gondok saat aneka drama menyebalkan terpampang dengan woles-nya. 

PERNAHKAH Anda kena skakmat saat menumpang  Commuterline atau Kereta Rel Listrik (KRL)? 

Misalnya, kasus seperti ini.  Orang di sebelah kanan kiri Anda terbuai mimpi dengan pulasnya, lalu bahu Anda jadi sandaran yang empuk.

Atau saat penumpang penuh sesak, orang sebelah Anda, cuek main "war games" di Hp, dengan audio yang sedemikian berisiknya?

Saya pernah alami kedua kasus di atas. Untuk kasus pertama, okelah no problem. Kasih empati orang yang tidur. Kecapekan kali.

Tapi untuk kasus yang kedua, saya gak bisa tolerir. Egois. Mengingat KRL itu transportasi publik bukan mobil pribadi. Jadi semestinya perilaku kita tak seenak jidat sendiri. Ada kepentingan orang lain yang harus dihargai. 

Pihak KAI Commuterline sebagai operator, sudah membuat aturan secara tertulis. 

Dilarang bawa binatang/ peliharaan, sajam di dalam  KRL. Kursi "merah" prioritas untuk lansia, ibu hamil. Dilarang merokok, bawa kursi sendiri dan lain-lain. 

Nah tentu tidak semua hal diatur detil secara tertulis. Di luar aturan tertulis, kita sebagai penumpang yang sama-sama bayar, harus memiliki etiket. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline