Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Kampoeng Gallery, Lahir dari Inspirasi Barang "Sampah"

Diperbarui: 20 Juli 2024   03:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampoeng Gallery, Lahir dari Inspirasi "Sampah" . DOKPRI

Dari sebuah gairah cinta, sebuah "gallery" tercipta. Dari sebuah dimensi rasa, sebuah "kampoeng" eksis ada. 

Rasa cinta menumbuhkan hobi. Hobi memberi inspirasi. Ini garis merah yang yang kurasakan setelah mendengar penuturan Ivan Moningka, sosok penggagas, sekaligus "bidan" bagi lahirnya "Kampoeng Gallery." Namanya unik ya?

Tapi tunggu dulu, jangan membayangkan itu seperti sebuah kampung yang bermakna seperti kata "Kampoeng" dan "Gallery" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ya. 

Kalau merujuk KBBI, kata "Kampoeng" memiliki arti yang banyak. Seperti, kelompok rumah yang merupakan bagian kota. Bisa diartikan juga desa atau dusun. Juga memiliki arti sebagai kesatuan administrasi terkecil yang menempati wilayah tertentu, terletak di bawah kecamatan.

Sementara kata "Gallery" diartikan KBBI sebagai ruangan atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni dan sebagainya.

Persepsiku, yang dimaksudkan "Kampoeng Gallery" di sini merujuk pada sebutan yang bermakna "kenangan/ jadulan" dan "barang antik/ seni."

Sesuai dengan kondisi riil "Kampoeng Gallery" yang memang berisikan beragam koleksi barang atau benda second/ bekas (mayoritas) yang dekat dengan keseharian. Seperti, kaset pita dan tape, buku-buku lama, koran-koran, poster, mesin ketik, televisi, kamera, lukisan dan barang-barang "jadulan" lainnya.

Unik. Itu kesan pertamaku, saat datang ke lokasi bersama rombongan Kompasianer Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka) di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu 10 Desember 2023 siang.

Sekilas tempatnya terlihat dari luar, biasa saja. Namun setelah masuk area, melalui gang selebar satu meteran, nampak tempat ini terasa nuansa yang berbeda. Nuansa nyentrik dan "nyeni". Di tengah hingar bingar Jakarta, tempat ini menyimpan ruh masa lalu.  

Lalu bagaimana tempat ini terbentuk dan eksis sebagai sebuah tempat nongkrong/ caf anak muda yang unik?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline