Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Pudiyanto

TERVERIFIKASI

Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

Kerat Lentera

Diperbarui: 20 Februari 2016   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sebutir waktu hinggap padamu
menceritakan tentang depa-depa pelangi di paras-paras masa lalu
engkau yang bermimpi tentang surga rembulan
dalam cahaya-cahaya yang lama di lubuk penantian
 
aku penikmat tarian kunang-kunang
di kelam bantaran rumah-rumah pinggiran
yang melukis tentang luka pahit rejeki
diantara aroma-aroma para belang lelaki

kubunuh detik tiap malamnya
kurobek hiasan-hiasan mahkotaku di kepala
kupersembahkan cinta, antara ada dan tiada
semu namun apa daya, nyata
 
padamu, belia
kulantunkan tembang-tembang harapan tiada sirna
yang membelah-belah temaram di laju malam
dan lihatlah
di ranting-ranting gubuk kugantungkan dongeng-dongeng pelipur lara
di pucuk-pucuk ranggas kayu bertebarkan nyanyian pembunuh pilu
di lengan-lengan keringat berdesah, kualirkan doa-doa tercekat

padamu, belia
kusemayam dirimu di bawah payung-payung berlobang
yang menghalang buih-buih harapan di angan-angan
namun, dengarlah
rintik suara tarian hujan di ujung malam
tiada kebencian dalam basah yang menggigilkan
bahwa cinta ada
dalam nafas kita
di kerat malam berselimut jahanam lentera

***
Jakarta, 17 Februari 2016
@rahabganendra

Sumber gambar ilustrasi di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline