ada yang hilang di penjuru angin datang
jejak-jejak tak berbentuk yang mengukir punggung waktu
ada yang bernyanyi
ada yang terbahak
ada yang sinis
ada yang menangis
ada yang senandungkan isak tawa
ia sekarang berdiri
tak berani memalingkan wajah mata
melihat masa lalu yang kian kabur sayup-sayup
menatap jalan bercabang di depan yang teronggok berkabut
di persimpangan
“mana jalan menuju Langit?”
seperti air
ia mengalir
menyusuri wadah-wadah kehidupan yang beriak gelombang
terombang ambing di sela keras karang-karang berhala
dan tangis pun terlupa
seperti udara
ia berhembus
menjelma angin yang menguasai delapan penjuru hidup
kokoh laksana badai
lembut bagaikan semilir
“jadi apa yang membuat takut?”
tinggalkan lalu
dan tuliskan catatan baru
seperti yang kauinginkan setiap bercinta dengan waktu
kekasih sejatimu
***
Jakarta – 21 Oktober 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H